Cari Blog Ini

Selasa, 25 Juni 2013

SUKSES MENGAJAR DENGAN MANAJEMEN KELAS


Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi


Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Bahkan dalam pendapat lain, pendidikan diartikan sebagai suatu proses yang dipaksakan karena adanya unsur-unsur yang tidak bisa lepas dari otoritas pendidik kepada anak didik.








Dari pengertian tersebut ada tiga kata yang patut kita soroti, yaitu kata sadar, terencana, dan otoritas. Sadar berarti suatu bentuk kesedian dan merasa tahu atau mengerti bahwa pendidikan merupakan hal pokok yang harus didapatkan setiap manusia. Sedangkan terencana merupakan suatu rancangan (planing), artinya dalam proses pendidikan perlu ada rencana yang matang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditargetkan. Selanjutnya adalah otoritas atau kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan, artinya proses pendidikan dilakukan melalui tindakan-tindakan positif yang mampu menunjang tercapainya tujuan pendidikan.


Proses pendidikan tidak selalu berjalan seperti apa yang telah di rencanakan oleh pemilik otoritas mendidik, dalam hal ini tentunya semua elemen yang terkait dengan dunia pendidikan mulai dari guru sampai pemerintah dalam konteks pendidikan secara formal. Sedangkan diluar itu, ada orang tua dan masyarakat dalam konteks pengertian pendidikan secara luas. Karena proses belajar bukan hanya terjadi di sekolah-sekolah formal, tapi juga di lingkungan rumah dan masyarakat. Maka dimana ada proses belajar, di situ secara tidak langsung ada proses pendidikan. Khususnya dalam pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan yang serupa terkadang mengalami hambatan dalam menyampaikan pelajaran kepada anak didik dan permasalahan ini sering dikeluhkan para guru atau para pendidik.


Untuk mencapai tujuan pendidikan tentu permasalahan-permasalahan yang bisa menghambat proses pendidikan harus diminimalkan bahkan dihilangkan. Hambatan-hambatan dalam proses belajar, terutama di dalam kelas sangat bervariasi. Baik itu hambatan yang berasal dari guru seperti kurangnya kemampuan dalam menjelaskan atau menyampaikan pelajaran kepada anak didik atau hambatan karena kurangnya fasilitas pendidikan dan hambatan yang langsung bersumber dari anak didik seperti adanya anak berkebutuhan khusus (The Child With Special Needs) yang mengalami kesulitan dalam belajar (learning disorders) berupa lambat dalam belajar (slow learning), gangguan dalam berkonsentrasi atau perhatian (attention disorders), Attention Defict atau Hyperactivity Dissorders (ADHD) atau gangguan perkembangan dengan peningkatan aktivitas motorik, dan banyak lagi yang lainnya.


Bagi seorang pendidik hambatan yang bersumber dari anak didik masuk ke dalam masalah utama yang harus segera di selesaikan. Sebagian besar pendidik atau guru selalu mengeluhkan masalah-masalah anak didik mereka, bahkan Bimbingan Konseling (BK) yang diselenggarakan di sekolah-sekolah dipenuhi oleh berbagai masalah yang bersumber dari anak didik. Seperti pengalaman penulis sendiri, setelah delapan tahun di dunia pendidikan formal maupun informal sering menemui berbagai bentuk masalah anak didik. Tentunya masalah ini muncul ketika proses belajar dan mengajar (PBM) yang berlangsung di dalam kelas.

Proses belajar di dalam kelas hubungan antara guru dan anak didik akan ditentukan oleh berbagai aspek, seperti latar belakang pendidikan, kepribadian, kemampuan atau skill, potensi, kurikulum, dan banyak lagi yang lainnya. Antara guru dengan anak didik dan antara anak didik satu dengan anak didik yang lain akan memiliki aspek yang berbeda-beda. Masing-masing memiliki keunikan yang menjadi ciri khas, kemudian akan sangat berpengaruh pada proses belajar dan mengajar di dalam kelas. 

Anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu tidak bisa diberikan perlakuan yang sama dengan anak yang memiliki kemampuan normal. Kasus ini tentu bukan kasus baru lagi, tapi merupakan kasus klasik yang sudah umum dikalangan pendidikan. Namun, masih banyak guru atau para pendidik yang kewalahan menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Terutama di sekolah-sekolah yang bukan untuk mengurusi anak-anak berkebutuhan khusus (Sekolah Dasar Luar Biasa atau SDLB). Ditambah lagi dengan mulai menjamurnya sekolah-sekolah yang menerima anak-anak normal dan berkebutuhan khusus untuk di didik dalam satu lingkungan pendidikan, di dalam kelas yang sama tanpa membedakan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dan anak normal atau dalam dunia pendidikan disebut dengan pendidikan ingklusi.

Berbagai cara bisa bisa dilakukan untuk menciptakan proses belajar dan mengajar yang efektif, salah satunya adalah dengan manajemen kelas yang baik. Manajemen kelas merupakan suatu upaya positif untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, efektif, dan mampu memotivasi siswa sehingga siswa mampu berperan secara aktif dalam proses belajar dan mengajar. Dalam definisi Pendidikan Nasional (diknas) manajemen kelas didefinisikan menjadi lima, yaitu:

1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.

2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.

3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).

4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini memiliki paradigma bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.

5. Pengelolaan kelas yang berangkat dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif.

Mengaplikasikan manajemen kelas secara maksimal akan memudahkan langkah pendidik dalam proses pendidikan dan mencapai target pengetahuan yang telah ditetapkan. Hal ini di dukung oleh tujuan manajemen kelas untuk menghilangkan semua hambatan belajar yang dialami anak didik, memaksimalkan fasilitas pendidikan yag memadai, memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan, menciptakan iklim belajar yang penuh ikatan sosio-emosional yang kuat dengan di dukung oleh nilai-nilai spiritual dan suasana religiusitas yang tinggi. Lalu bagaimanakah cara manajemen kelas yang efektif?

Ada beberapa cara atau langkah yang bisa kita lakukan dalam manajemen kelas agar efektif:

Pertama, perencanaan kurikulum yaitu merencanakan perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan kepada anak didik. Adapun cakupan kurikulum adalah berisi uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa macam mata pelajaran yang disajikan secara terkait yang pelaksanaannya bisa dibantu dengan Rencana Program Pembelajaran (RPP).

Kedua, manajemen peserta didik yaitu menerapkan cara efektif agar suasana pembelajaran bisa berjalan kondusif dan mendukung proses tranfer ilmu pengetahuan dan nilai (value). Memetakan siswa baik dari aspek kemampuan kognitif maupun dari keadaan personal masing-masing anak didik. Sehingga memudahkan guru dalam memantau, pendekatan, dan perlakuan-perlakuan positif.

Ketiga, manajemen akademik yaitu mematangkan persiapan materi dari pihak guru. Sebelum mengajarkan materi sebaiknya guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.

Keempat, manajemen administratif yaitu kondisi-kondisi yang harus diperhatikan guru untuk mendukung kegiatan belajar seperti kegiatan-kegiatan prosedural dan organisasional.

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate