Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi
Perilaku manusia tidak lepas dari
pengaruh pengalaman dan informasi yang mereka miliki. Sepanjang rentang kehidupan otak manusia akan menyimpan
informasi-informasi tentang dunia di luar dirinya. Informasi-informasi tersebut
akan disimpan di memori yaitu tempat proses mengkoding atau menata ingatan
manusia. Proses penyimpanan dalam memori terbagi tiga, yaitu sensori memori, short
term memory, dan long term memory.
Sensori
memori adalah proses pertama ketika memperoleh informasi melalui indera atau
sensor yang dimiliki manusia, yaitu mata, hidung, telinga, kulit, dan lidah.
Informasi yang didapatkan melalui sensori memori akan dikode (koding). Kemudian
akan disimpan dengan rapi. Suatu saat nanti informasi yang sudah dikode akan
dipanggil lagi dan siap dimunculkan sesuai kubutuhan manusia.
Short
term memory adalah atensi dari sensori memori selanjutnya namun informasi
tidak bertahan lama. Informasi yang disimpan pada STM biasanya berupa
informasi-informasi yang kurang atau tidak menarik atau tidak disukai karena
tidak menimbulkan efek kenyamanan dan kesenangan untuk diingat. Informasi jenis
ini tidak mengalami penguatan (reinforcement), sehingga dengan mudah
dilupakan. Kita mungkin sering belajar tentang suatu hal, misalnya pelajaran di
sekolah atau kuliah di kampus. Setiap hari kita mendapatan informasi yang
banyak dan beragam. Tapi tidak semua informasi bisa kita ingat, mungkin kita
lupa nama pencetus teori psikologi psikoanalisis, padahal tadi ketika
berdiskusi di ruang kuliah nama Sigmound Freud (pencetus psikoanalisis)
disebutkan sampai pulahan kali.
Long
term memory merupakan jenis informasi yang bisa diingat dalam jangka waktu
yang relatif lama. Sifat informasi ini adalah sangat berkesan atau sering
mengalami penguatan (sering di ingat-ingat) sehingga informasi sering muncul ke
kesadaran dan mempengaruhi perilaku manusia. Setiap manusia bisa dipastikan
memiliki pengalaman yang berkesan, apakah itu pengalaman masa kecil atau yang
lainnya. Misalnya, seorang anak melihat seekor burung diluar jendelanya, lalu
bertanya kepada ayahnya “Burung apa itu?”. Sang ayah menjawab “Burung Pipit”
sambil mengisap rokok. Sang anak bertanya lagi “Burung apa itu?”. Dengan bahasa
dan nada yang sama sang ayah menjawab “Burung Pipit”. Tidak cukup dua atau tiga
kali sang anak bertanya terus kepada ayahnya. Akhirnya karena merasa kesal dan
tergganggu oleh sang anak. Si Ayah menjawab dengan nada kasar sambil
melemparkan bungkus rokok yang ada di tangannya ke Si Anak. Anaknya pun
menangis sambil berlari ke ibunya. Sang Ibu pun tidak mencoba menyelesaikan
masalah antara ayah dan anaknya. Anak pun merasa tidak nyaman dan mulai takut
dengan sosok ayah yang kemudian lama-kelamaan diproyeksikan menjadi takut pada
laki-laki. Anak pun tumbuh menjadi dewasa, dan mengalami perkembangan
psikologis yang menyimpang. Kecintaannya berubah menjadi suka dan cinta pada
sesama perempuan.
Kebiasaan
manusia tidak lepas dari proses kognitif yang terjadi dalam otak. Kebiasaan
terbentuk seiring kemampuan manusia dalam menyerap informasi, kemudian mengulangnya
dan menjadikan informasi (yang berasal dari pengalaman) sebagai dasar dalam
berperilaku. Informasi ini akan tetap betahan kalau mengalami pengulangan dan
penguatan secara terus menerus. Faktor lain, efek kenyamanan dan kepuasan
menjadikan informasi terus bertahan dan mempengaruhi perilaku.
Perilaku
menundukkan pandangan terhadap kemaksiatan merupakan kebiasaan yang bersumber
dari informasi larangan Nabi disampaikan oleh para da’i. Bahkan sudah menjadi
sebuah konsep dalam pikiran kita bahwa menundukkan pandangan terhadap lawan
jenis merupakan suatu anjuran kebaikan.
Sebaliknya,
perilaku suka memandang lawan jenis juga berasal dari kebiasaan. Apalagi bisa
menimbulkan efek kepuasan nafsu, sehingga perilaku ini tetap bertahan dan
menjadi kebiasaan yang sewaktu-waktu muncul kepermukaan dari ketidaksadaran.
Kadang kala kita tidak menyadari, muncul dalam bentuk refleksi perilaku. Begitu
stimulus muncul, diiringi dengan respon yang seketika tanpa proses ke
kesadaran. Saya ingin mencontohkan, ketika kita mengendarai motor sepanjang
jalan yang dilewati, secara spontan kita membelokkan ke kiri dan ke kanan
setang motor tanpa melalui proses berfirkir. Antara alat pengindera dengan otak
sudah seiya sekata. Inilah yang saya maksud efek kebiasan atau habituality
effect.
Rasulallah
mengajarkan kepada kita, dalam sebuah hadis dikatakan Rasulallah mengajarkan
sahabat bagaimana mengendalikan pandangan terhadap lawan jenis.
عَنْ جَرِيرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِي
أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي
“Dari Jarir bin Abdullah RA, dia
berkata, "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukum pandangan yang tidak disengaja,
maka beliau memerintahkan saya untuk mengalihkan pandangan saya." {HR. Muslim}.
Rasulallah berpesan dalam hadis di atas bahwa setiap kali
kita melihat baik disengaja atau tidak disengaja memandang lawan jenis yang
bukan mahram, untuk segera memalingkan pandangan ke arah yang lain. Artinya ini
akan membentuk sebuah kebiasaan, kemudian akan menjadi pengalaman yang mengakar
ke ketidaksadaran. Sehingga suatu ketika mengadapi stimulus yang sama akan
menghasilkan respon yang sama dengan kebiasaan. Respon akan muncul tanpa
melalui proses berfikir dan bersifat spontan. Sebagai contoh, kalau kebiasaan
kita adalah memalingkan pandangan ketika melihat fitnah lawan jenis,
selanjutnya perilaku yang sama akan muncul ketika ada stimulus yang sama.
Ada
beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga pandangan dari fitnah lawan
jenis:
1.
Jaga diri dari khalwat atau berdua-duaan dengan
lawan jenis, khalwat menyebabkan kita dengan mudah bisa memandang lawan
jenis, apalagi jika terjadi di tempat yang sepi, khalwat dengan mudah
berubah jadi tindakan yang mengarahkan pada zina.
2.
Sebisa mungkin hindarilah situasi dan kondisi
percampur-bauran antara laki-laki dan perempuan kalau itu tidak penting. Ini
biasanya terjadi ketika berkumpul sesama teman sekolah, kuliah, atau teman
kerja. Lebih baik di alihkan untuk menghadiri kajian-kajian agama yang bisa
menambah wawasan dan pengetahuan tentang Dienul Islam.
3.
Bekali diri dengan aqidah yang kuat dan keyakinan tentang
hari kiamat, hari dimana semua amalan dibalas sesuai kadarnya masing-masing.
4.
Ketika berbicara dengan lawan jenis biasakanlah untuk
tidak langsung menatap ke arah matanya atau bagian tubuh lainnya yang bisa
menimbulkan gejolak syahwat.
5.
Jika secara tidak sengaja melihat lawan jenis, maka
segerahlah palingkan pandangan ke arah lain dan jangan melihat untuk ke dua
kalinya. Sebab pandangan pertama adalah rezeki, sedangkan yang kedua adalah
azab, bukan nikmat.
6.
Jika pandangan pertama menimbulkan gejolak nafsu dan
terus terbayang-bayang, maka segeralah minta ampun pada Allah.
7.
Perbanyaklah berzikir pada Allah, karena dzikir bisa
melalaikan kita dari pikiran-pikiran kotor yang dimasukkan setan melalui mata.
Wallahu’alam.
Semua kebiasan buruk bisa dirubah
dengan menggantinya menjadi kebiasaan yang baik. Perilaku baik atau buruk
berawal dari intensitas perilaku itu kita lakukan. Jika kita punya kebiasaan
buruk, maka gantilah dengan kebiasaan baik dengan intensitas lebih banyak
dibandingkan kebiasaan buruk. Maka kebiasaan buruk lama-kelamaan akan hilang
dan digantikan oleh kebiasaan baik. Selamat mencoba...!!!
terimakaih buat informasi nya .. insyaallah bermanfaat buat umat muslim, Amin Ya Rabb....
BalasHapussama-sama, amiin
Hapus