Cari Blog Ini

Kamis, 11 Juli 2013

CARA MUDAH MENGENDALIKAN PANDANGAN

             Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi

             Perilaku manusia tidak lepas dari pengaruh pengalaman dan informasi yang mereka miliki. Sepanjang rentang  kehidupan otak manusia akan menyimpan informasi-informasi tentang dunia di luar dirinya. Informasi-informasi tersebut akan disimpan di memori yaitu tempat proses mengkoding atau menata ingatan manusia. Proses penyimpanan dalam memori terbagi tiga, yaitu sensori memori, short term memory, dan long term memory.



            Sensori memori adalah proses pertama ketika memperoleh informasi melalui indera atau sensor yang dimiliki manusia, yaitu mata, hidung, telinga, kulit, dan lidah. Informasi yang didapatkan melalui sensori memori akan dikode (koding). Kemudian akan disimpan dengan rapi. Suatu saat nanti informasi yang sudah dikode akan dipanggil lagi dan siap dimunculkan sesuai kubutuhan manusia.

            Short term memory adalah atensi dari sensori memori selanjutnya namun informasi tidak bertahan lama. Informasi yang disimpan pada STM biasanya berupa informasi-informasi yang kurang atau tidak menarik atau tidak disukai karena tidak menimbulkan efek kenyamanan dan kesenangan untuk diingat. Informasi jenis ini tidak mengalami penguatan (reinforcement), sehingga dengan mudah dilupakan. Kita mungkin sering belajar tentang suatu hal, misalnya pelajaran di sekolah atau kuliah di kampus. Setiap hari kita mendapatan informasi yang banyak dan beragam. Tapi tidak semua informasi bisa kita ingat, mungkin kita lupa nama pencetus teori psikologi psikoanalisis, padahal tadi ketika berdiskusi di ruang kuliah nama Sigmound Freud (pencetus psikoanalisis) disebutkan sampai pulahan kali.

            Long term memory merupakan jenis informasi yang bisa diingat dalam jangka waktu yang relatif lama. Sifat informasi ini adalah sangat berkesan atau sering mengalami penguatan (sering di ingat-ingat) sehingga informasi sering muncul ke kesadaran dan mempengaruhi perilaku manusia. Setiap manusia bisa dipastikan memiliki pengalaman yang berkesan, apakah itu pengalaman masa kecil atau yang lainnya. Misalnya, seorang anak melihat seekor burung diluar jendelanya, lalu bertanya kepada ayahnya “Burung apa itu?”. Sang ayah menjawab “Burung Pipit” sambil mengisap rokok. Sang anak bertanya lagi “Burung apa itu?”. Dengan bahasa dan nada yang sama sang ayah menjawab “Burung Pipit”. Tidak cukup dua atau tiga kali sang anak bertanya terus kepada ayahnya. Akhirnya karena merasa kesal dan tergganggu oleh sang anak. Si Ayah menjawab dengan nada kasar sambil melemparkan bungkus rokok yang ada di tangannya ke Si Anak. Anaknya pun menangis sambil berlari ke ibunya. Sang Ibu pun tidak mencoba menyelesaikan masalah antara ayah dan anaknya. Anak pun merasa tidak nyaman dan mulai takut dengan sosok ayah yang kemudian lama-kelamaan diproyeksikan menjadi takut pada laki-laki. Anak pun tumbuh menjadi dewasa, dan mengalami perkembangan psikologis yang menyimpang. Kecintaannya berubah menjadi suka dan cinta pada sesama perempuan.

            Kebiasaan manusia tidak lepas dari proses kognitif yang terjadi dalam otak. Kebiasaan terbentuk seiring kemampuan manusia dalam menyerap informasi, kemudian mengulangnya dan menjadikan informasi (yang berasal dari pengalaman) sebagai dasar dalam berperilaku. Informasi ini akan tetap betahan kalau mengalami pengulangan dan penguatan secara terus menerus. Faktor lain, efek kenyamanan dan kepuasan menjadikan informasi terus bertahan dan mempengaruhi perilaku.

            Perilaku menundukkan pandangan terhadap kemaksiatan merupakan kebiasaan yang bersumber dari informasi larangan Nabi disampaikan oleh para da’i. Bahkan sudah menjadi sebuah konsep dalam pikiran kita bahwa menundukkan pandangan terhadap lawan jenis merupakan suatu anjuran kebaikan.

            Sebaliknya, perilaku suka memandang lawan jenis juga berasal dari kebiasaan. Apalagi bisa menimbulkan efek kepuasan nafsu, sehingga perilaku ini tetap bertahan dan menjadi kebiasaan yang sewaktu-waktu muncul kepermukaan dari ketidaksadaran. Kadang kala kita tidak menyadari, muncul dalam bentuk refleksi perilaku. Begitu stimulus muncul, diiringi dengan respon yang seketika tanpa proses ke kesadaran. Saya ingin mencontohkan, ketika kita mengendarai motor sepanjang jalan yang dilewati, secara spontan kita membelokkan ke kiri dan ke kanan setang motor tanpa melalui proses berfirkir. Antara alat pengindera dengan otak sudah seiya sekata. Inilah yang saya maksud efek kebiasan atau habituality effect.

            Rasulallah mengajarkan kepada kita, dalam sebuah hadis dikatakan Rasulallah mengajarkan sahabat bagaimana mengendalikan pandangan terhadap lawan jenis.

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِي 
أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي

Dari Jarir bin Abdullah RA, dia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukum pandangan yang tidak disengaja, maka beliau memerintahkan saya untuk mengalihkan pandangan saya." {HR. Muslim}.

            Rasulallah berpesan dalam hadis di atas bahwa setiap kali kita melihat baik disengaja atau tidak disengaja memandang lawan jenis yang bukan mahram, untuk segera memalingkan pandangan ke arah yang lain. Artinya ini akan membentuk sebuah kebiasaan, kemudian akan menjadi pengalaman yang mengakar ke ketidaksadaran. Sehingga suatu ketika mengadapi stimulus yang sama akan menghasilkan respon yang sama dengan kebiasaan. Respon akan muncul tanpa melalui proses berfikir dan bersifat spontan. Sebagai contoh, kalau kebiasaan kita adalah memalingkan pandangan ketika melihat fitnah lawan jenis, selanjutnya perilaku yang sama akan muncul ketika ada stimulus yang sama.

            Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga pandangan dari fitnah lawan jenis:
1.    Jaga diri dari khalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis, khalwat menyebabkan kita dengan mudah bisa memandang lawan jenis, apalagi jika terjadi di tempat yang sepi, khalwat dengan mudah berubah jadi tindakan yang mengarahkan pada zina.

2.    Sebisa mungkin hindarilah situasi dan kondisi percampur-bauran antara laki-laki dan perempuan kalau itu tidak penting. Ini biasanya terjadi ketika berkumpul sesama teman sekolah, kuliah, atau teman kerja. Lebih baik di alihkan untuk menghadiri kajian-kajian agama yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang Dienul Islam.

3.    Bekali diri dengan aqidah yang kuat dan keyakinan tentang hari kiamat, hari dimana semua amalan dibalas sesuai kadarnya masing-masing.

4.    Ketika berbicara dengan lawan jenis biasakanlah untuk tidak langsung menatap ke arah matanya atau bagian tubuh lainnya yang bisa menimbulkan gejolak syahwat.

5.    Jika secara tidak sengaja melihat lawan jenis, maka segerahlah palingkan pandangan ke arah lain dan jangan melihat untuk ke dua kalinya. Sebab pandangan pertama adalah rezeki, sedangkan yang kedua adalah azab, bukan nikmat.

6.    Jika pandangan pertama menimbulkan gejolak nafsu dan terus terbayang-bayang, maka segeralah minta ampun pada Allah.

7.    Perbanyaklah berzikir pada Allah, karena dzikir bisa melalaikan kita dari pikiran-pikiran kotor yang dimasukkan setan melalui mata. Wallahu’alam.


Semua kebiasan buruk bisa dirubah dengan menggantinya menjadi kebiasaan yang baik. Perilaku baik atau buruk berawal dari intensitas perilaku itu kita lakukan. Jika kita punya kebiasaan buruk, maka gantilah dengan kebiasaan baik dengan intensitas lebih banyak dibandingkan kebiasaan buruk. Maka kebiasaan buruk lama-kelamaan akan hilang dan digantikan oleh kebiasaan baik. Selamat mencoba...!!!

2 komentar:

Translate