Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi
PROFILE BUKU
Judul Asli : Al-Qur’an
Wa Ilmun Nafs
Judul Terjemahan : Psikologi dalam Al-Qur’an
(Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan jiwa), cetakan I
Ketebalan Buku : 448 halaman
Penulis : DR. Muhammad Utsman Najati
Penerjemah : M. Zaka Al-Farisi
Penerbit : CV Pustaka Setia
Tahun : 2005
PENDAHULUAN
Alhamdulillah
washsholatu wassalamu ‘ala rasulillah Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam, wa
alihi, wa ash-habihi ajma’in. Segala puji hanya milik Allah dan sholawat beserta salam atas utusan
Allah Muhammad Sholallahu ‘alaihi wasallam, keluaganya, dan para
sahabatnya.
Al-Qur’an
merupakan kitab yang diturunkan Allah untuk dijadikan pegangan bagi semua
manusia, mulai dari manusia di jaman Rasulallah Muhammad sampai manusia akhir
zaman nanti. Tidak ada keraguan di dalam al-Qur’an, sehingga apapun yang ada di
dalam al-Qur’an harus diyakini kebanarannya. Al-Qur’an menjadi petunjuk dan
berita gembira bagi orang-orang yang bertaqwa dan beriman. Sebaliknya Al-Qur’an
menjadi peringatan dan ancaman bagi orang-orang yang ingkar kepadanya.
Keluasan isi
al-Qur’an adalah mencakup seluruh kehidupan manusia di dunia, alam gaib,
binatang, hewan, dan tumbuhan. Berkaitan dengan manusia, isi al-Qur’an
mengandungkan aspek-aspek lahiriyah dan bathiniyah, aspek-aspek
fisik dan psikis, aspek-aspek jasadiyah dan jismiyah. Kemudian
aspek-aspek ini dijadikan sumber kajian dalam ilmu psikologi, khususnya dalam
kajian ilmu Psikologi Islam.
Di Indonesia akhir-akhir
ini kajian tentang Psikologi Islam banyak menarik minat para akademisi maupun
praktisi. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya karya-karya tulis ilmiah berupa
buku, penelitian, artikel, dan lalin-lain.
Upaya-upaya
mengembangkan kajian Psikologi Islam juga diperkuat dengan berdirinya
lembaga-lembaga yang berkonsenstrasi dalam pengembangan keilmuan Psikologi
Islam, seperti Asosiasi Psikologi Islami (API) di Indonesia. Lembaga ini
terdiri dari kalangan akademisi dan praktisi psikologi di Indonesia.
Lembaga-lembaga ini kemudian menjadi pelopor sekaligus penggiat kajian-kajian
psikologi Islam di Indonesia.
Seperti yang kami
kemukakan di atas, bahwa usaha pengembangan kajian Psikologi Islam memunculkan
banyak karya tulis ilmiah, salah satunya berupa buku-buku psikologi yang
mengkaji muatan-muatan psikologi di dalam al-Qur’an dan hadits maupun syirah
nabawiyah (sejarah hidup rasulallah Muhammad).
Tulisan ini akan
mencoba mengupas tuntas salah satu karya tulis tentang Psikologi Islam, yaitu
sebuah buku karangan DR. Muhammad Utsman Najati yang berjudul “Psikologi dalam
Al-Qur’an (terapi Qur’ani dalam penyembuhan gangguan kejiwaan)” edisi terjemahan yang diterbitkan oleh
Pustaka Setia.
Kami mencoba
mengulas buku ini dalam bentuk resume (kesimpulan-kesimpulan) isi tentang
tema-tema psikologi di dalam Al-Qur’an atau muatan-muatan psikologi yang
terdapat di dalam al-Qur’an. Kemudian mencoba menelaah dan menampilkan urgensi
tema-tema tersebut untuk dijadikan referensi dan dasar pengembangan keilmuan
Psikologi Islam di masa sekarang dan selanjutnya.
KONSEP-KONSEP PSIKOLOGI DI DALAM AL-QUR’AN
Buku “Psikologi
dalam al-Qur’an” ini lahir dari buah pikiran DR. Muhammad Utsman Najati tentang
psikolgi Islam. Beliau tertarik untuk memikirkan masalah al-Quran dan psikologi
ketika menulis tesisnya “Panca Indera dalam Pandangan Ibnu Sina”. Menurutnya
untuk memahami pandangan Ibnu Sina tentang psikologi ada baiknya terlebih
dahulu memahami pemahaman-pemahaman dan mendalami berbagai konsep, pandangan,
dan kajian yang ada sebelum Ibnu Sina yang sangat erat kaitannya dengan
Al-Qur’an dan Sunah.
Buku ini berisi
tentang himpunan konsep dan hakikat kejiawaan yang ada di dalam al-Qur’an.
Setiap ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur’an di teliti isinya dari berbagai
kitab-kitab tafsir para ulama terdahulu maupun kontemporer. Kemudian ayat-ayat
yang berkaitan dengan konsep-konsep psikologi dikumpulkan dan dikemukakan dalam
buku ini.
Buku ini bukan
merupakan kajian final tentang psikologi dan al-Qur’an, akan tetapi pengarang
mengharapkan buku ini menjadi sumber inspirasi pengembangan Psikologi Islam
dimasa yang akan datang. Buku ini secara umum mengandung dasar-dasar teoritis
yang baru tentang kepribadian yang hakikat dan konsepnya sejalan dengan
kebenaran dan konsep tentang manusia yang termaktub dalam al-Qur’an.
Berikut adalah
tema-tema tentang psikologi di dalam al-Qur’an yang terdapat di dalam buku ini
;
1. Motif-Motif Perilaku
menurut Al-Qur’an
Motif adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup. Motif
melahirkan perilaku dan mengantarkan serta mengarahkan makhluk hidu pada suatu
tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Motif sangat urgent bagi kehidupan
manusia, adanya motif mendorong manusia untuk memenuhi kebutuan hidupnya, serta
menyempurnakan kekurangan-kekurangan dalam kehidupannya dan melestarikan
kehidupannya.
Tema-tema
motif didalam al-Qur’an terdiri dari ; a) motif fisiologis yang terdiri dari
motif menjaga diri dan motif kelangsungan keturunan. b) motif mental –
spiritual yang terdiri dari motif pemilikan, motif permusuhan, motif
persaingan, dan motif beragama. c) motif bawah sadar. Kemudian pada bagian ini
juga dikemukakan tentang pergulatan antar motif, pengendalian motif, dan
penyimpangan motif.
2. Emosi di dalam
persfektif al-Qur’an
Emosi erat
kaitaanya dengan motif, motif biasanya dibarengi dengan suatu kondisi yang
bersifat instingtif dan emotif. Emosi akan mengarahkan perilaku seperti halnya
motif, contoh emosi takut akan mendorong untuk lari dari bahaya.
Tema-tema
emosi dalam persfektif al-Qur’an adalah ; a) takut, b) marah, c) cinta ;
terbagi menjadi cinta pada diri sendiri, cinta kepada manusia, cinta birahi,
cinta kebapakan, cinta kepada Allah, dan cinta kepada Rasul. d) senang, e)
benci, f) cemburu, g) hasud, h) sedih, i) sesal, j) serta emosi-semosi lainnya
seperti malu, hina, dan sombong atau takabur. Kemudian dikemukakan juga
perubahan-perubahan fisik saat emosi berlangsung seperti perubahan detak
jantung, penyempitan pembuluh darah pada lambung dan usus, mengembangnya
pembuluh darah pada permukaan tubuh, kedua tangan, kaki, kepala yang
mengakibatkan derasnya aliran darah ke jantung. Sehingga volume darah di
jantung meningkat. Kemudian penulis juga mengemukakan pengendalian emosi
seperti perasaan takut mati, perasaan takut miskin, rasa marah, rasa cinta, dan
emosi lainnya.
3. Persepsi Menurut
al-Qur’an
Persepsi
merupakan fungsi penting dalam kehidupan manusia, dengan persepi makhluk hidup
dapat mengetahui sesuatu yang mengganggunya sehingga iapun menjauhinya dan
mengetahui sesuatu yang bermanfaat baginya sehingga ia pun mengupayakannya.
Persepsi merupakan fungsi yang dimiliki oleh semua manusia dan hewan.
Pada bagian
ini Muhammad Utsman Najati mengemukakan indera (mata, telinga, kulit, lidah,
dan hidung) menurut al-Qur’an. Dikemukakan juga persepsi diluar jangkauan
manusia atau extrasensosy perception seperti telestesia yaitu
melihat sesuatu kejadian yang jauh dari luar jangkauan penglihatan, telepati
yaitu mengetahui kata hati atau pikiran seseorang yang berada di tempat jauh, istihtaf
yaitu mendengar seruan atau pembicaraan dari tempat jauh diluar jangkauan
indera pendengar. Kesemuanya itu hanya ada pada segelintir orang yang memiliki
bakat khusus.
Dikemukakan
juga ilusi penglihatan atau kekeliruan dalam penglihatan yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang dilihat, seperti fatamorgana yang disangka air pada orang
yang mengalami dahaga. Selanjutnya dikemukakan juga pengaruh motivasi dan nilai
terhadap perhatian dan persepsi seperti yang terjadi pada orang-orang yang
beriman ketika mendengar ayat-ayat bisyarah yang menjadikan mereka dengan penuh
kesadaran memahami ayat-ayat al-Qur’an.
4. Berpikir Dalam
Persfektif al-Qur’an
Berpikir
merupakan proses manusia dalam menerima informasi dari luar, kemudian memproses
informasi untuk mencari maknanya, dan terakhir merespon informasi. Kemembuat
hipotesis, kemampuan berpikir membuat manusia pantas menyandang tugas sebagai
khalifah dan beribadah. Disajikan dalam buku ini langkah-langkah berpikir dalam
mengatasi masalah, yaitu merasakan adanya masalah, mengumpulkan data yang
berkaitan dengan objek masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis, dan menverifikasi
kebenaran hipotesis. Verifikasi kebenaran (penelitian eksperimental)
tergambarkan dalam kisah Ibrahim as. Ketika menyampaikan permintaannya kepada
Allah tentang cara mengidupkan orang mati.
Di kahir
bagian ini dikemukakan beberapa kekeliruan dalam berpikir yang disebabkan oleh
berpegang pada pemikiran-pemikiran lama, kekurangan data, dan bias emosi dan
perasaan.
5. Belajar Menurut
al-Qur’an
Bagian ini
membahas sumber-sumber ilmu di dalam al-Qur’an, belajar bahasa, bagamana adam
belajar bahasa, belajar memilih dan membuat keputusan, cara-cara belajar
menurut al-Qur’an (meniru/imitation, pengalaman praktis dan trial dan
error, serta berpikir), prinsip-prinsip belajar menurut al-Qur’an yaitu
motivasi, pengulangan, perhatian, partisipasi aktif, pembagian belajar, dan
perubahan perilaku secara bertahap.
6. Ilmu Laduni Menurut
al-Qur’an
Ilmu laduni
diperoleh melalui ilham dan mimpi. Ilham adalah sejenis ilmu yang dilimpahkan
Allah kepada manusia dan dimasukkan ke dalam qalbunya, shingga tersingkaplah
beberapa rahasia dan jelaslah beberapa hakikat baginya. Ilmu laduni banyak
termuat didalam al-qur’an seperti kisah daud dan sulaiman di dalam surat
al-Anbiya’. Ilham bisa bersifat ilahiah atau ilham ilahiah dan berupa al-khathiru
malikiy (lintasan pikiran dari malaikat).
Mimpi
merupakan hal yang lumrah terjadi dikalangan manusia. Para ulama dan pemikir
mencoba menafsirkan mimpi dan mengetahui penyebabnya, kesimpulannya mimpi
terjadi sebagai akibat sensasi yang dirasakan manusia saat tidur, baik sensasi
dari pengaruh eksternal maupun internal. Sebagian mimpi lainnya dianggap
sebagai kontinuitas kesibukan berpikir saat terjaga, sebagian lainnya sebagai
pengingatan kembali atas masa lalu.
Al-Qur’an
menyebut adhghatsul ahlam (mimpi yang kacau balau) yaitu mimpi yang
membingungkan, kacau, dan tidak jelas. Adapun istilah ru’ya (mimpi) yang
disebutkan dalam al-qur’an hanyalah mengandung arti mimpi yang benar,
sebagaimana Allh menyampaikan wahyu melalui mimpi kepada rasul-Nya, contohnya
adalah tentang ru’ya Yusuf as. Atau hadits-hadits qudsi dari Nabi Muhammad saw.
7. Ingat dan Lupa
Menurut al-Qur’an
Banyak ayat
di dalam al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mengingat Allah, ayat-ayat yag
terdapat di dalam ciptaannya, mengingat bukti-bukti, petunjuk, kabar gembira,
dan ancaman yang di bawa para rasulallah. Di dalam al-Qur’an banyak pengulangan
ungkapan “afala tatadzakkarun” (tidakkah mereka ingat), “la’allahum
yatadzakkarun” (agar mereka ingat), “qalilam ma tadzakkarun”
(sedikit sekali mereka yang ingat), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kandungan-kandungan
al-Qur’an seperti di atas menjadi konsep tentang ingat dan lupa di dalam buku
ini. Dikemukakan sub-sub konsep tentang lupa, seperti lupa dalam kaitannya
dengan memori, peristiwa, kelalaian, hilangnya perhatian, dan lupa karena
gangguan setan. Kemudian diakhir pembahasan ini dikemukakan penawar (terapi)
lupa yang ada di dalam al-Qur’an sebagai langkah preventif mencegah kelupaan.
8. Sistem Otak Menurut
al-Quran
Kajian-kajian
ilmiah kontemporer tentang anatomi dan fisiologi menemukan bahwa otak memiliki
fungsi kontrol dalam tubuh manusia, seperti area motorik yang mengatur gerak /
motor tubuh manusia, area sensoris sebagai tempat bermuaranya unsur peraba dan
sensasi rasa sakit, perubahan temperatur suhu, dan rasa. Kemudian ada area
optik yang merupakan pusat penglihatan, lalu auditori sebagai pusat
pendengaran, di otak juga merupakan tempat koordinasi pesan-pesan motorik yang
akan disampaikan ke seluruh tubuh. Otak juga merupakan pusat semua proses
pemikiran tingkat tingg, seperti belajar, berbicara, menulis, dan membaca.
Fakta-fakta
ilmiah di atas kemudian diuraikan dalam buku ini dengan mengutip ayat-ayat
al-Qur’an yang menerangkan tentang bagaimana otak merekam pengalaman-pengalaman
sepanjang kehidupan manusia, hubungan persepsi dan otak, dan hubungan aktivitas
berfikir dengan otak.
9. Kepribadian Menurut
al-Qur’an
Di bagian ini penulis mengemukakan kepribadian
manusia ditinjau sejak masa penciptaan manusia yang erat kaitannya dengan
unsur-unsur penciptaan tersebut. Di dalam diri manusia juga disebutkan adanya
pergulatan psikologis yang luar biasa antara keinginan baik dan keinginan
buruk. Tapi, manusia juga mampu mencapai keseimbangan psikologis atau
kepribadian yang ideal, yaitu sesuai dengan batas-batas syari’at. Kemudian membawa
kepada keseimbangan antara tuntutan-tuntutan tubuh dan roh, yang disebut
kepribadian normal.
Ada tiga pola kepribadian menurut al-Qur’an yang
dikemukakan oleh penulis, yaitu pola kepribadian mukmin, pola kepribadian
kafir, dan pola kepribadian munafik.
Manusia juga memiliki semacam mekanisme pertahanan
diri sebagaimana juga yang telah dikemukakan para psikolog Barat, yaitu
proyeksi, rasionalisasi, dan pembentukan reaksi.
Penulis juga mengemukakan perbedaan individu
menurut al-Qur’an. Kemudian perkembangan manusia menurut al-Qur’an, yaitu sejak
perkembangan pra-lahir, perkembangan pasca-lahir, dan perkembangan yang dialami
oleh indera anak.
10. Psikoterapi Menurut
al-Qur’an
Di akhir buku ini penulis mengemukakan psikoterapi
menurut pandangan al-Qur’an. Pertama-tama dikemukakan bahwa iman memiliki
pengaruh yang sangat penting dalam kejiwaan manusia, kemudian atas dasar iman
juga manusia dituntut untuk berafiliasi dengan kelompoknya (sesama orang
muslim) untuk saling menebarkan kasih sayang, dimana fitrah manusia adalah
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga al-Qur’an diyaskini
sebagai penyembuh atau terapi bagi problem-problem manusia.
Secara implisit penulis menyampaikan bahwa
terapi-terapi al-Qur’an terkandung di dalam keseluruhan ajaran Islam, yaitu
ajaran tentang aqidah tauhid, ajran tentang ibadah (sholat, puasa, zakat, dan
haji), ajaran tentang kesabaran, perintah untuk berzikir, dan bertaubat atau
dosa-dosa.
KESIMPULAN
Telah dikemukakan
di atas tentang tema-tema psikologi di dalam al-Qur’an atau konsep-konsep yang
berkaitan dengan psikologi. Dari tema-tema yang dikemukakan di atas banyak juga
kita temui dalam konsep-konsep teori psikologi Barat, seperti motif, motivasi,
memori, berfikir, belajar, mekanisme pertahanan diri, otak, dan sebagainya.
Konsep-konsep
psikologi di dalam al-Qur’an yang dikemukakan Muhammad Utsman Najati belumlah
sempurna. Sebab masih bersifat mistis atau bersifat mistifikasi, yaitu
mengungkapkan konsep-konsep psikologi di dalam al-Qur’an sebatas ayat-ayat atau
dalil-dalil nash yang ditafsirkan mengandung konsep psikologi. Namun, secara
kongkrit masih belum bisa di buktikan. Sehingga masih membutuhkan riset-riset
ilmiah atau teori-teori lain yang mendukung konsep-konsep tersebut menjadi
lebih mudah di fahami dan ditelaah secara ilmiah.
Dengar alasan itu
pulalah Muhammad Utsman Najati mengungkapkan di awal penulisan buku ini bahwa
karyanya ini hanya berisi konsep-konsep psikologi di dalam al-Qur’an yang
diharapkan menjadi titik tolak atau dasar pengembangan Psikologi Islam di masa
depan.
Oleh karena itu
kiranya penting bagi kalangan praktisi maupun akademisi psikologi, terutama
para peminat psikologi Islam untuk membaca buku ini. Dimana, buku ini bisa
dijadikan landasan yang baik untuk mengkaji konsep-konsep psikologi di dalam
al-Qur’an lebih mendalam dan melakukan riset-riset ilmiah terkait dengan
konsep-konsep psikologi yang dikemukakan Muhammad Utsaman Najati di atas.
Dengan begitu, konsep-konsep psikologi di dalam al-Qur’an tidak lagi di pandang
sebelah mata oleh kaum sekuler. Karena ayat-ayat psikologi di dalam al-Qur’an
mengalami transisi dari bersifat mistifikasi menjadi bersifat demistifikasi.
Sehingga apa yang diinginkan penulis buku ini bisa terwujud dan bermanfaat bagi
umat Islam khususnya dan manusia umumnya.
---- ooo ----
Klo di palembang, buku ini bisa ditemukan ditoko buku mana ya?
BalasHapusDan harganya berapa?
Buku yang mirip dengan buku diatas, yg bahasannya lupa/lalai dalam alquran ada? tolong kabari saya jika ada. nuhun.
BalasHapus