Cari Blog Ini

Minggu, 22 November 2015

BAHASA KIASAN DALAM PENDIDIKAN ANAK DI MINANGKABAU

Oleh : Syahri Ramadhan

Di era tahun 90an bisa dikatakan sebagai akhir dari kejayaan kearifan lokal budaya tradisional, misalnya di Minangkabau. Sebab, ketika memasuki era milenium ke 2 (tahun 2000) kearifan lokal di Minangkabau mulai tergerus oleh arus globalisasi dan westernisasi. Para budayawan sepakat bahwa faktor utama yang menyebabkan asimilasi kebudayaan adalah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu cepat. Sementara menurut agamawan juga disebabkan oleh semakin melemahnya Iman dan Takwa (IMTAK) masyarakat yang semakin menjauh dari nilai-nilai agama yang mereka anut. Selain kedua faktor utama tersebut, ada beberapa faktor pendukung yang memperkuat asimilasi kebudayaan seperti tingkat pendidikan yang masih rendah, peran tokoh adat dan agama yang mulai melemah, dan arus budaya asing, terutama budaya Barat yang begitu cepat masuk ke cela-cela kehidupan masyarakat yang belum siap menerimanya, sehingga mengakibatkan shock culture.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Nasehat Sebagai Media Pendidikan Islam

Oleh : Syahri Ramadhan

Suatu ketika, orang tua saya pernah bercerita. Meskipun orang tua saya tidak mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi, karena sekolahnya hanya sampai sekolah menengah pertama, tapi saya bisa menangkap dari ceritanya bahwa sudah terjadi demoralisasi ditengah-tengah masyarakat saat ini. Mungkin bukan orang tua saya saja yag merasakannya, karena permasalahan ini sudah menjadi topik hangat (hot topic) yang ramai diperbincangkan para praktisi maupun akademisi yang prihatin dengan shock culture (goncangan budaya) yang dialami bangsa Indonesia saat ini.

Waktu Maghrib dan Shubuh dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islami

Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi., M.S.I.
Salah seorang jama’ah di sebuah masjid bertanya dengan nada agak protes. Persoalannya adalah di waktu maghrib (baca: pergantian waktu dari siang ke malam) banyak anak-anak yang datang ke masjid dan berbuat keramaian, sehingga pelaksanaan ibadah salat menjadi tidak tenang. Sebetulnya, sebagian anak datang bersama orang tuanya dan sudah dikondisikan sebelum salat dilaksanakan. Namun, namanya ‘anak-anak’ tidak betah berdiri tenang mengikuti salat, satu sampai dua menit mereka ramai lagi.

Translate