Cari Blog Ini

Jumat, 28 Juni 2013

MEMANUSIAKAN MANUSIA

Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi

Manusia adalah makhluk yang sempurna, makhluk yang lain dari makhluk lainnya. Manusia diciptakan Allah SWT dengan proses penciptaan yang sempurna dan hasil dari proses ciptaan yang sempurna. Manusia memiliki apa yang tidak dimiliki malaikat, jin, hewan dan makhluk Allah lainnya bahkan manusia bisa lebih mulia dari pada malaikat, lebih bejat dari syaitan atau bahkan lebih hina dari binatang ternak. Allah SWT menjelaskan proses penciptaan manusia dalam Al-Quran bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah ( nuthfah ), kemudian menjadi segumpal daging ( 'alaqah ), lalu segumpal daging itu dibungkus dengan tulang-belulang, dan tulang belulang itu dibungkus dengan daging, kemudian Allah menjadikan makhluk yang berbentuk lain ( khalqan aakhar ).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (AlMu'minun:14).

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dimensi ( komitmen ) yang berupa sikap mental dan tiga potensi ( konsisten ) yang berupa pola fikir, apabila dimenensi ( komitmen ) dan potensi ( konsisten ) ini disatukan maka jadi manusia itu manusia yang sesungguhnya ( manusia yang istiqomah ).
Tiga dimensi manusia yaitu:
  1. Insan, yaitu manusia memiliki sifat psikologis seperti berfikir, bersosialisasi, bergantung pada ruang dan waktu, memiliki aturan dan norma yang mengatur kehidupannya.
  2. Basyar, yaitu manusia memiliki sifat-sifat biologis seperti manusia diciptakan dari tanah, bereproduksi, makan, dan minum dll.
  3. Abdun, yaitu manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dimuka bumi, manusia memiliki potensi spiritual, manusia membutuhkan agama, manusia memiliki tugas hidup yaitu ibadah, tujuan hidup yaitu Allah, dan pelengkap hidup yaitu amal.
Tiga potensi manusia:
  1. Body ( IQ ), yaitu raga manusia yang kongkrit.
  2. Mind ( EQ ), yaitu jiwa manusia.
  3. Soul ( SQ ), yaitu roh.

Untuk memanusiakan manusia maka antara potensi dan dimensi ini harus diaktualisasikandan sejalan, dengan cara merubah cara berpikir, membangun sikap mental yang positif, dan berprilaku berdasarkan agama. Kita harus menyadari tujuan hidup kita, mengapa Allah SWT menciptakan kita dan untuk apa Dia menciptakan kita? Kita adalah wakil Allah ( khalifatullah)di bumi untuk mendayagunakan segala yang ada di bumi, sekaligus sebagai penyembahNya:

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.( Adz-Dzaariyat:56 )

Ayat ini bukan semata-mata menyuruh kita untuk salat, zikir, puasa dan sebagainya secara terus menerus. Akan tetapi kita harus memahami pengertian ibadah itu secara luas karena wujud ibadah bukan hanya dengan salat, zikir, atau puasa saja. Kita bisa menjadikan segala aktivitas sehari-hari sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT, seorang petani di sawah, pejabat di kantornya, pedagang di pasar, nelayan di lautan bisa menjadikan pekerjaan mereka mengandung nilai-nilai ibadah.

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.( Al-Ahzab:35 ).

Orang muslim adalah orang yang mengikuti perintah dan meninggalkan larangan pada lahirnya, sedangkan orang mukmin adalah orang yang harus membenarkan apa yang dibenarkan oleh hatinya. Jadi pada dasarnya muslim adalah aktivitas ibadah yang kita lakukan dengan fisik, sedangkan mukmin adalah aktivitas ibadah yang kita lakukan dengan hati. Maka seseorang tidak cukup hanya menjadi seorang muslim saja tampa ada perbuatan dalam hatinya untuk membenarkan apa yang ia lakukan dengan fisiknya. Atau sebaliknya seseorang tidak cukup menjadi mukmin saja tampa ada melakukan perbuatan sebagai respon dari apa yang dia yakini dalam hatinya. Maka seseorang yang sudah muslim harus menjadi mukmin karena tampa keimanan amalan yang dia lakukan hanya sia-sia belaka, sebab motivasinya untuk melakukan perbuatan tersebut bukan berasal dari Allah SWT tapi hanya bersumber dari nafsu belaka.

Apabila keimanan telah mendasari semua amalan yang kita lakukan maka keikhlasan akan timbul disetiap amalan tersebut, pada saat inilah manusia akan ikhlas terhadap hasil dari usaha yang mereka lakukan, mereka tidak akan pernah mengumpat kepada Allah SWT, mereka akan optimis menghadapi hidup, mereka akan sabar dan khusuk dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, mereka akan kontiniu dalam ketaatan mereka kepada Allah SWT, serta mereka tawakal 'alallah terhadap ikhtiar yang mereka lakukan. Pada saat kondisi jiwa yang seperti inilah manusia baru bisa dikatan manusia yang sesungguhnya.

Wallahu A'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate