Cari Blog Ini

Minggu, 21 Agustus 2016

Seri Psikologi Islam 5

Cermin Pendidikan Nubuwah

Syeikh Khalid Abdurrahman Al-Ikk (2009) dalam bukunya “Tarbiyatu Abnaa’ wal Banaat fi Dhau’il Kitaab wa Sunnah” yang sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pedoman Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan Sunnah” menuturkan tentang Hasan bahwa ia adalah orang yang memiliki kepribadian yang agung, sehingga sulit sekarang ini bisa menemukan orang sepertinya di tengah-tengah putra-putra kaum Muslimin, hal itu dikarenakan dia hidup di rumah tangga Nabi dan tumbuh diantara dua orang tua terbaik yang mulia, yaitu Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Hal ini kemudian mendorong Hasan menjadi seseorang yang berkehidupan mulia dan terpuji, pemberani sekaligus bijak, figur pembimbing dan pendidik, dan seorang mujadid yang mulia.

Mengenai Husain dia (baca : Al-Ikk) menuturkan bahwa ia adalah orang yang memiliki semangat yang tinggi dan kebesaran jiwa, pemuka yang mulia dan mujahid, pemilik kepribadian Islam yang unik, pemikiran yang lurus dengan jiwa yang bersih lagi suci. Hasan dan Husain lahir dalam rumah tangga Nabi, mereka langsung mendapatkan pendidikan kenabian dari Rasulullah. Rasulullah pernah bersabda mengenai Hasan dan Husain dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ; “Ya Allah, sungguh aku mencintainya (Hasan) maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya. Ya Allah, saksikanlah bahwa aku mencintai Hasan dan adiknya Husain”. (HR Muslim).
Dalam hadis yang lain Abu Hurairah menuturkan bahwa pada suau ketika dia keluar bersama Rasulullah, hingga sampai di suatu jalan Rasulallah mendengar suara Hasan dan Husain menangis padahal mereka bersama ibunya. Maka beliau pun mempercepat langkahnya hingga sampai ke tempat mereka berada. Lalu Rasulullah bertanya kepada Fatimah, “Ada apa dengan kedua putraku?” ia menjawab “Kehausan”. Maka Rasulullah menoleh ke sebuah wadah air untuk mencari air. Saat itu air sangat sulit, padahal orang-orang memerlukan air. Maka Rasulullah berseru, “Adakah diantara kalian yang membawa air?”.
Maka tidak ada seorang pun melainkan mencari jangkar timbanya untuk mencari air di geriba, tapi tak seorang pun dari mereka yang mendapati walaupun setetes. Lalu Rasulullah bersabda, “Berikan kepadaku salah satu dari keduanya”. Maka Aku (baca : Abu Hurairah) memberikannya dari balik tirai, sampai-sampai aku bisa melihat putih ketiak beliau saat mengambilnya. Selanjutnya, beliau menempelkan anak tersebut di dadanya sementara Hasan terus menangis keras dan tidak mau diam. Lalu beliau menjulurkan lidahnya, sehingga dihisap oleh Hasan sampai dia diam dan tenang. Sementara Husain masih menangis, lalu Rasulullah bersabda, “Berikan kepadaku yang satunya lagi” maka aku memberikannya kepada beliau, lalu melakukan hal sama seperti yang beliau lakukan kepada Hasan. Akhirnya mereka berdua diam dan aku tidak lagi mendengar suara tangis mereka (Al-Ikk, 2009).
Lihatlah, betapa kuat dan besar perhatian Rasulullah kepada Hasan dan Husain. Perhatian yang seperti itu kemudian yang menjadikan mereka menjadi pribadi-pribadi yang mulia, mujahid yang tangguh, berakhlak mulia, mujadid, dermawan, cerdas, serta menjadi imam bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Selain perhatian yang begitu besar, pendidikan Nubuwah dari Nabi kepada mereka juga diiringi dengan doa. Rasulullah senantia mendoakan mereka agar menjadi orang yang mulia, orang yang dicintai oleh manusia.
Para orang tua dan para pendidik, sudahkan kita memberikan perhatian kepada buah hati kita? Sudahkah mereka disebut dalam setiap doa kita kepada Allah agar mereka menjadi orang-orang yang baik dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa? Atau, justru perhatian kita kepada mereka tersita oleh kesibukan kita mencari uang di tempat kerja, kesibukan kita mengurusi kepentingan kita di dalam masyarakat sebagai guru, pendakwah, tokoh masyarakat, politisi, karyawan, pegawai dan sebagainya. Sudahkah dalam setiap doa kita mendoakan mereka kebaikan, mengingat mereka dalam setiap doa kita. Atau, justru kita sibuk berdoan agar mendapatkan harta yang banyak, pekerjaan yang bagus, jabatan yang tinggi, tapi kita lupa mendoakan buah hati kita, yang kelak mereka menjadi penerus agama yang mulia ini, penerus nasab dan keturunan kita.
Sungguh disayangkan orang tua di zaman ini, banyak kita jumpai sebagian besar mereka hanya menyibukkan diri dengan mencari uang dari pagi hingga petang, tapi mereka lupa dengan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak mereka. Pagi mereka hantarkan anak-anak mereka ke sekolah, sore mereka jemput anaka-anak mereka ke sekolah. Setibanya di rumah mereka sudah merasa capek dan lelah karena bekerja seharian, begitu juga anak-anak mereka. Orang tua tidak lagi sempat menanyai keadaan anak-anak mereka, bagaimana sekolahnya, apa yang mereka lakukan di sekolah, dan perhatian serta kasih sayang rangkulan dan sentuhan kepada anak-anak mereka pun terlupakan begitu saja. Ditambah lagi, bila orang tua yang super sibuk, sesampainya di rumah masih mengerjakan pekerjaan mereka, sehingga sama sekali mereka tidak meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak mereka.
Ketika malam tiba, mereka pun makan malam sendiri-sendiri, orang tua makan di meja kerjanya, anak makan di depan Televisi. Tiba waktunya tidur, orang tua tertidur di meja kerjanya, anak mereka tertidur di depan Televisi. Na’udzubillahi min dzalik, semoga Allah melindungi kita dari hal yang demikian.
Wahai para orang tua, ketahuilah bahwa semenit perhatian yang engkau berikan kepada putra-putrimu lebih berharga dibandingkan seonggok duit yang engkau berikan kepada mereka. Sekecup ciuman penuh kasih sayang yang engkau berikan di kening dan pipi mereka lebih berharga dari baju baru dan perhiasan yang mewah dan mahal yang engkau pakaikan kepada mereka. 
Ketahuilah wahai para orang tua, kasih sayang yang engkau berikan kepada mereka mampu menguatkan jiwa, membangkitkan percaya diri, menggugah keberanian, dan menghapus kesedihan mereka. Kasih sayang yang engkau berikan akan mengkristal ke dalam jiwa mereka. Mereka akan mencintaimu ketika hari tuamu kelak bukan karena harta yang engkau berikan kepada mereka, tapi karena kasih sayangmu yang membuat mereka berbakti kepadamu.
Ketahuilai para orang tua, kasih sayang yang engkau berikan kepada mereka adalah harta terbesar yang engkau investasikan untuk hidup mereka di masa yang akan datang. Sekalipun engkau banting tulang dari pagi hingga petang mencari uang dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan anakmu, tapi engkau lupa dengan kasih sayang kepada anak-anakmu, maka hartamu yang banyak tidak akan berbekas apa-apa di dalam jiwa mereka.
Ketahuilah para orang tua, ingatlah selalu putra-putrimu dalam setiap doa yang engkau panjatkan kepada Tuhanmu. Mohonkanlah kepada Allah agar mereka selamat di dunia dan akhirat, agar Allah melimpahkan petunjuk dan kebaikan kepada mereka, agar mereka istiqamah dalam Islam, agar Allah mencatat kebaikan dalam setiap takdir Allah kepada mereka. Bukankah doa itu mampu mengubah takdir sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi “Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa” (HR Sunan Tirmidzi), maka banyak-banyaklah memohon kepada Allah untuk kebaikan anak-anak kita.
Semoga kita menjadi orang tua yang beruntung yang senantia memberikan kasih sayang dan mendoakan putra-putri kita kebaikan. Semoga anak-anak kita menjadi generasi yang tangguh dalam memperjuangkan Islam, menjadi pewaris-pewaris para salafus salih yang mencintai Allah dan Allah mencintai mereka, menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua, serta bermanfaat bagi umat dengan membawa Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Wallahu A’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate