Cari Blog Ini

Selasa, 23 Agustus 2016

Seri Psikologi Islam 6

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM:
Perang Antara Setan dan Manusia


Realitas yang tidak mampu dijangkau oleh psikologi pendidikan Barat adalah realitas meta-empirik, yaitu realitas yang tidak bisa dijangkau oleh indera manusia yang memiliki ambang batas tertentu dalam memahami realitas. Ilmu pengetahuan modern hanya menggunakan metode ilmiah (scientific method) dalam mengkonstruksi pengetahuan tentang manusia.
Dua mazhab pendahulu dalam psikologi Barat, yaitu mazhab Psikoanalisis dan mazhab Behaviorisme sangat abai sekali dalam masalah relasi antara manusia dengan agama (baca: Tuhan). Bagi mazhab psikoanalisis Tuhan hanya ada dalam khayalan (ilusi) manusia sebagai akibat dari pengalihan ketakutan kepada sosok ayah (odipus kompleks), sedangkan bagi mazhab behaviorisme agama tidak lebih dari candu, karena dengan datang ke tempat beribadah bisa mendatangkan ketenangan jiwa (positive reinforcemen), sehingga orang cenderung mengulang perilakunya tersebut.

Seorang psikolog Muslim, Malik B Badri dalam bukunya The Dilemma of Muslim Psychologists mengatakan bahwa umat Islam bisa saja masuk ke dalam lubang Biawak apabila mempercayai begitu saja produk dari psikologi Barat, termasuk pandangan psikologi Barat dalam pendidikan anak. Pada hakikatnya terdapat jurang pemisah yang sangat dalam antara ilmu pengetahuan Barat dengan Islam yang sangat esensial sekali, yaitu keyakinan bertauhid. Islam sangat mengakui kebenaran wahyu Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai nabi terakhir dan penyempurna ajaran para nabi sebelumnya.
Ajaran Al-Qur’an tidak semuanya mampu dijangkau oleh rasio dan kemampuan indera manusia. Tetapi, ajaran tersebut harus tetap diyakini dan dipandang sebagai suatu kebenaran mutlak dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Salah satunya adalah ajaran Islam tentang pendidikan anak, selain ajaran yang berisi mengenai kaidah-kaidah pendidikan yang rasional, di dalam Al-Qur’an juga terdapat ajaran-ajaran yang tidak bisa dijangkau oleh rasio, tapi itu harus diyakini dan dijadikan pijakan dalam pendidikan anak. Misalnya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewanti-wanti para orang tua tentang bahayanya godaan setan dalam mempengaruhi anak-anak manusia ketika dalam masa-masa pendidikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 62-64.

قَالَ أَرَءَيۡتَكَ هَٰذَا ٱلَّذِي كَرَّمۡتَ عَلَيَّ لَئِنۡ أَخَّرۡتَنِ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَأَحۡتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٗا ٦٢ قَالَ ٱذۡهَبۡ فَمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَآؤُكُمۡ جَزَآءٗ مَّوۡفُورٗا ٦٣ وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ وَأَجۡلِبۡ عَلَيۡهِم بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ وَعِدۡهُمۡۚ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا ٦٤ 

Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka”. (QS Al-Isra’ : 62-64)

Iblis dan bala tentaranya dari golongan Jin dan manusia memiliki pengaruh yang besar dalam proses pendidikan anak. Iblis sudah berjanji dihadapan Allah subhanahu Wa Ta’ala akan menyesatkan anak keturunan manusia. Maka Allah mengabulkan permohonan Iblis tersebut, bahkan Allah subhanahu Wa Ta’ala membiarkan Iblis dengan seluruh pasukannya membuat tipu daya kepada anak keturunan manusia.
Allah subhanahu Wa Ta’ala biarkan Iblis dan tentaranya memberikan janji dan membuat perserikatan dengan dengan anak manusia untuk menyesatkan mereka. Tapi Allah subhanahu Wa Ta’ala menegaskan bahwa janji setan itu hanyalan tipuan belaka. Maka sungguh merugi anak manusia yang masuk ke dalam pernagkap janji dan tipu daya setan.
Apa yang disampaikan Allah subhanahu Wa Ta’ala di atas adalah kaidah yang diluar konteks kemampuan rasio manusia, tapi kaidah ini harus diyakini dan diwaspadai. Maka para pendidik; orang tua dan guru, dalam konteks ini berperang dengan setan dalam mengarahkan dan mendidik anak-anak mereka agar tetap pada fitrahnya, yaitu bertauhid kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala. Karena pada dasarnya setiap anak yang dilahirkan ada pada fitrahnya, maka ketika dia lahir orang tuanya berpotensi menjadikan anak-anaknya tetap pada fitrahnya atau menyimpang dari fitrahnya dengan menjadi pengikut Iblis laknatullah.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Allah subhanahu Wa Ta’ala berkalam, “Sesunggunnya Aku menciptakan hamba-hambaKu seluruhnya dalam keadaan lurus (pada fitrahnya), dan sesungguhnya setan-setan datang dan memalingkan mereka”. (diriwayatkan olem Imam Muslim).
Anak akan tetap tegak pada fitrahnya apabila orang tuanya memiliki perhatian yang besar dalam pendidikan anak-anaknya, terutama pendidikan tentang ketaatan kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala yang menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan anak. Maka pada usia-usia diawal kehidupan anak, yang merupakan masa-masa penting untuk menanamkan tauhid dan ketaatan kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala dalam menjalankan syariatNya, orang tua harus mewaspadai tipu daya setan yang bisa saja mengalihkan perhatian anak dari ajaran tauhid. Sebab apabila anak sudah beranjak dewasa, sementara dari kecil mereka terbiasa dengan berbagai kemaksiatan kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala, maka akan sulit mengembalikan mereka kepada fitrahnya, sebab banyaknya kemaksiatan sudah menutupi hati mereka.
Kesempatan emas ini jangan dibiarkan diambil alih oleh setan. Masa kecil anak yang putih bersih jangan dibiarkan dikotori oleh tipu daya setan. Orang tua harus menjaga anak-anaknya dengan pengawasan dan pendidikan yang baik. Sekecil apapun, setan jangan dibiarkan mempunyai andil dalam pendidikan jiwa yang masih bersih ini. Sebab apabila setan masuk, maka kemungkinan besar pada kali yang berikutnya setan pun akan mudah masuk mempengaruhi anak-anak kita.
Selain usaha pendidikan dan pengawasan yang baik, maka orang tua juga wajib berdoa untuk anak-anak mereka sebagai penyempurna ikhtiar mereka dalam pendidikan anak. Do’a adalah senjata bagi orang tua, dengan izin Allah subhanahu Wa Ta’ala doa mampu melunakkan hati dan menunjukkan hati anak-anak kepada jalan yang lurus.
Dengan demikian kita ketahui bahwa Islam sangat atensi sekali dengan pendidikan anak. Islam memberikan tuntunan kepada manusia tentang pendidikan anak sejak seorang laki-laki berusaha mencarikan ibu untuk anak-anaknya kelak.
Islam menganjurkan agar laki-laki yang saleh mencarikan ibu yang saleh dan penyayang untuk anak-anaknya. Selanjutnya, setelah mendapatkan isteri yang saleh dan penyayang, ketika benih-benih janin antara suami dan isteri akan dipertemukan, Islam mengajarkan agar mereka memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan terhadap diri mereka dan anak keturunannya.
Kemudian, ketika sang ibu hamil Allah Subhanahu Wa Ta’ala perintahkan agar sang ibu banyak-banyak berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tatkala janin itu terlahir ke dunia, maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyuruh si bapak azan di telinga anaknya, agar ikatan tauhid yang sudah dipersaksikan dihadapan Allah semakin kokoh dan setan menjauhi si anak. Wallahu ‘Alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate