Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Mei 2012

Mengenali Kepribadian Munafik


Penulis: Syahri Ramadhan, S.Psi
MUNAFIK
I. Definisi Operasional
Nifak atau munafik adalah merupakan lawan dari kata “terus terang” atau “terang-terangan”. Dengan kata lain, nifak berarti “menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati”. Nifak mempunyai dua bagian : (1) bertalian dengan masalah aqidah, dan masalah ini yang paling membahayakan, (2) bertalian dengan perkataan atau perbuatan, dan untuk masalah yang kedua ini lebih ringan dosanya dari pada yang pertama. (Abu Ahmadi, 1991). Ansory Al-Mansor (1998) mangatakan bahwa munafik berasal dari bahasa arab yang artinya menyembunyikan dalam hati : hatinya berlawanan dengan yang lainnya, lain di mulut, lain di hati, lain dikata lain diperbuat, ketidak cocokan antara perkataan dan perbuatan.
Munafik dalam arti syara’ adalah menyembunyikan kekafiran di dalam hatinya dan menampakkan iman dengan lidahnya. Orang seperti ini mengaku beriman akan tetapi tidak mau melakukan kewajiban-kewajiban orang beriman lainnya.
Firman Allah Swt, QS. Al-Baqarah ayat 14 :
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
Hadis Nabi Saw dari Abu Hurairah yang terdapat di dalam kitab al-hadis Bukhari dan Muslim :
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : bila berkata selalu bohong, bila berjanji selalu tidak di tepati, dan bila dipercaya selalu berkhianat”.
Hadis Mutafaq ‘alaih :
“Dan bagi keduanya dari hadis Abdillah Ibnu ‘Umar : Dan apabila berbantahan ia keluar dari batasnya”.
Dalam Kitab Bulughul Maram kedua hadis di atas ditafsirkan (1) ashal ma’na nifaqialah menampakkan sesuatu yang baik, sedangkan bathinnya tidak begitu, (2) maka orang yang manampakkan ke-Islamannya, tetapi bathinnya tidak, itu dinamakan munafik. Nifaq yang begini, hukumnya tidak lain melainkan kufur, (3) dipakai juga kalimat munafik dengan arti orang yang nampakknya baik dan benar, tetapi senarnya ia sebalik itu, misalnya ;
a) Seorang berkata-kata dan pendengarnya menyangka dia benar padahal dia tidak benar.
b) Seorang berjanji kepada orang yang menyangka dia akan sempurnakan tetapi tidak dia sempurnakan.
c) Seorang diberi amanat dengan persangkaan orang yang member amanat itu, bahwa ia akan tunaikan tetapi kejadiannya ia berkhianat.
Abdul Mujib mengatakan dalam Bukunya “Kepribadian Dalam Psikologi Islam” (2006) bahwa nifaq merupakan karakter orang munafik yang merupakan psikopatologi. Ia menipakan akumulasi dari berbagai konflik batin dan penyakit mental. Penderitanya tidak mampu menghadapi kenyataan yang sebenarnya, sehingga ia berdusta jika berbicara, mengingkari jika terlanjur berjanji, dan menipu bila dipercaya.
Kemudian menurut Abdul Mujib, indikator-indikator gangguan kepribadian Islam dapat dibagi kedalam beberapa aspek, antara lain :
Ø Suka menipu (QS. An-Nisa’ : 142)
Ø Menyembunyikan kejelekan di dalam hatinya dan takut diketahui orang lain (QS. At-Taubah : 64)
Ø Perbuatannya dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67)
Ø Sikapnya suka berdusta (QS. Al-Munafiqun : 1)
Ø Orang munafik dikelompokkan kepada golongan orang-orang yang memiliki penyakit di dalam hatinya, sebab manganggap janji-janji Allah dan Rasul-Nya hanya sebagai tipu daya belaka. Firman Allah Swt “Dan ingatlah! Ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang bepenyakit di dalam hatinya berkata : “Allah dan Rasulnya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya. (QS. Al-Ahzab : 12). Table dibawah ini merupakan ilusi kepribadian mufik.
Table
Kepribadian Munafik
Motif
Symptom kejiwaan
Gangguan penyesuaian dan pengembangan diri
Ingin mendapatkan keuntungan sesaat
Menipu orang lain dengan cara:
Ø Berdusta atau berbohong
Ø Ingkar janji
Ø Berkhianat terhadap amanah
Ø Perilaku maladaptive misalnya narsistik dan antisosial
Kesulitan melakukan penyesuaian dan pengembangan diri karena jiwanya yang plin-plan dan tidak pegang komitmen.
II. Aspek-Aspek Yang Dukur
Berdasarkan devinisi operasional yang telah dikemukakan di atas, maka aspek-aspek yang diukur untuk mengetahui kepribadian orang munafik bisa dibuat skala dan kemudian di angkakan (statistik). Dari indikator-indikator kepribadian munafik bisa dikembangkan lagi menjadi indikator yang lebih spesifik dan mudah untuk diukur dengan melihat intensitas kemunculan perilaku yang menunjukkan sikap orang munafik atau pola-pola sikap dan perilaku yang yang mengarah kepada indicator sifat nifaq.
Memang tidak semua sikap orang munafik bisa diangkakan misalnya tidak memahami ajaran agama, senang malihat penderitaan dan dengki melihat kebahagiaan orang lain, lebih memperhatikan penampilan zahir daripada penampilan batin, bersembunyi dari manusia dan menantang Allah dengan dosa, sedikit berzikir, lupa kepada Allah, mengingkari takdir, mencari perlindungan selain Allah, mempermainkan keimanan, enngan bertaubat, membeli kesesatan dengan petunjuk, tidak mau tunduk kepada hukum Allah. Namun, bukan berarti prilaku ini tidak bisa diukur. Walaupun tidak bisa dihitung atau diangkakan karena perilaku ini merupakan perbuatan hati. Tapi perilaku ini bisa dilihat dan dipersepsi berdasarkan sikap-sikap yang muncul.
Perilaku orang munafik yang bisa diangkakan berdasarkan intensitas kemunculannya, misalnya; suka berdusta, suka memamerkan amalnya, takabur, bersumpah palsu, meninggalkan salat berjama’ah, bakhil, khianat, suka melakukan tipu daya, mencaci maki, mempercepat salat, malas beribadah, enggan berinfak, membuat kerusakan dimuka bumi dengan dalih melakukan perbaikan, mencela orang yang taat dan saleh, senang menyebarkan berita dusta, menyuruh kemungkaran dan mencegah kema’rufan, mengolok-ngolok al-Qur’an dan Sunnah, melarikan diri dari perperangan, tidak memiliki kepedualian terhadap nasib kaum Muslimin.
Table
Indikator-indikator orang munafik
Yang Tidak Bisa Diangkakan
Yang Bisa Diangkakan
Ø tidak memahami ajaran agama
Ø senang malihat penderitaan dan dengki melihat kebahagiaan orang lain
Ø lebih memperhatikan penampilan zahir daripada penampilan batin
Ø bersembunyi dari manusia dan menantang Allah dengan dosa
Ø sedikit berzikir
Ø lupa kepada Allah
Ø mengingkari takdir
Ø mencari perlindungan selain Allah
Ø mempermainkan keimanan
Ø enngan bertaubat
Ø membeli kesesatan dengan petunjuk
Ø tidak mau tunduk kepada hukum Allah
Ø Suka berdusta
Ø suka memamekan amalnya
Ø takabur
Ø bersumpah palsu
Ø meninggalkan salat berjama’ah
Ø bakhil
Ø khianat
Ø suka melakukan tipu daya
Ø mencaci maki orang lain
Ø mempercepat salat
Ø malas beribadah
Ø enggan berinfak
Ø membuat kerusakan dimuka bumi dengan dalih melakukan perbaikan
Ø mencela orang yang taat dan saleh
Ø senang menyebarkan berita dusta
Ø menyruh kemungkaran dan mencegah kema’rufan
Ø mengolok-ngolok al-Qur’an dan Sunnah
Ø melarikan diri dari perperangan
Ø tidak memiliki kepedualian terhadap nasib kaum Muslimin
III. Akibat-Akibat
Akibat-akibat yang diterima orang minafik dari segala perbuatan yang dilakukannya bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat bagi dirinya sendiri dan akibat perbuatannya terhadap orang lain.
Akibat bagi diri orang munafik itu sendiri dibagi dua juga, yaitu:
a) Akibat yang berasal dari Allah Swt
Misalnya; dihukumi kafir terdapat di dalam QS. Annisa ayat 142 dan Surat An-Nur ayat 47), dihukumi fasik (QS. At-taubah : 67), Allah melarang mensalati jenazah orang munafik (QS. At-Taubah : 48 dan 80), seluruh amalan mereka sia-sia (QS. At-Taubah 69), mereka ditempatkan dineraka paling bawah (QS. An-Nisa’ : 45), dilaknati Allah Swt (QS. At-Taubah: 68), anak dan hartanya akan mengazab dirinya ((QS. At-Taubah : 85), dihinakan oleh Allah di akhirat (QS. At-Taubah : 79), diazab di dunia dan akhirat (QS. At-Taubah : 74).
b) Akibat yang berasal dari manusia (orang disekitarnya)
Misalnya; orang akan mengucilkan mereka dari pergaulan, pergaulannya menjadi sempit, tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, tidak bisa mengembangkan dirinya di dalam masyarakat, temannya sedikit, orang tidak akan mau menolongnya walaupun dia benar-benar butuh pertolongan, dll.
Akibat yang berdampak pada orang lain:
Ø Menimbulkan kerusakan, melakukan kejahatan, dan suka berbuat malapetaka
Ø Orang munafik akan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat
Ø Orang munafik akan menjadi virus yang siap untuk merusak masyarakat
Ø Tatanan masyarakat yang baik akan hancur karena perbuatan orang-orang munafik
Ø Perbuatan orang munafik akan menimbulkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat
Ø Perbuatan orang munafik akan menimbulkan kerugian orang disekitarnya, dll.
IV. Contoh Kasus
Dari dulu hingga sekarang sekarang Negara Indonesia sering dihadapkan pada masalah yang cukup besar yaitu, masalah korupsi dikalangan pejabat negara. Belakangan ini mencuat masalah korupsi dana talangan di Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan oleh aparat penegak hukum. Untuk menangani kasus ini dibuat tim khusus yang dipilih melalui hak angket Bank Century oleh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Namun masyarakat tidak sepenuhnya bisa menerima keberadaan ketua terpilih dari tim khusus yang menangani kasus ini. Ini menandakan ketidak percayaan masyarakat terhadap individu yang bersangkutan karena masyarakat mengetahui bahwa ketua tim terpilih pernah mengalami kasus korupsi pada decade waktu yang lalu. Namun, dia lolos dari jeratan hukum.
Opini baru bermunculan ditengah-tengah masyarakat yang menganggap Wakil Presiden dan Menteri Ekonomi yang sekarang berada dalam kabinet telibat dalam kasus korupsi dana talangan yang terjadi di Bank Century. Masyarakat menuntut pejabat yang bersangkutan mengundurkan diri atau dinon-aktifkan dari jabatannya sampai kasus ini selesai. Sekali lagi ini menggambarkan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pejabat negara.
Tentu ini bukan satu-satunya masalah di negeri ini yang pernah terjadi. Mungkin sudah puluhan bahkan ratusan masalah korupsi terhjadi di negeri ini, mulai dari korupsi kecil-kecilan sampai kepada yang besar. Semakin banyak koruptor yang ditangkap, maka semakin banyak pula muncul koruptor-koruptor baru yang siap beraksi yang kemudian kita ketahui beritanya melalui media masa. Yang melakukan tindak korupsi bukanlah masyarakat biasa, tetapi para pejabat negara yang diberi amanah untuk menjalankan tugasnya. Misalnya para menteri, anggota perwakilan rakyat, bahkan para pejabat yang berada di kalangan Departemen Agama pun banyak yang melakukan korupsi seperti kasus Dana Abadi Umat (DAU) yang di korup oleh menteri agama pada periode pemerintahan yang lalu.
Dari kasus-kasus yang ada kita bisa mengambil kesimpulan rendahnya akhlak para pejabat negara ini. Dan terbukti bahwa mereka adalah orang munafik yang siap mengerogoti bangsa ini perlahan-lahan. Betapa banyak diantara mereka yang berjanji manis pada masyarakat saat kampanye pemilu, menjanjikan ini dan itu. tapi kenyataannya saat mereka menduduki bangku kekuasaan mereka lupa dengan janji mereka dan ironinya mereka malah memakan uang rakyat untuk memuaskan kebutuhan pribadi mereka, orientasi mereka menjadi orientasi untuk mencari keuntungan pribadi bukan untuk menguntungkan masyarakat, membela rakyat, dan menyuarakan suara rakyat.
Phenomena korupsi bukan hanya terjadi saat ini atau hanya di Negara Indonesia saja. Tetapi, beberapa waktu yang lalu dan pada negara yang berbeda-beda, korupsi di kalangan pejabat negara menjadi penyebab utama kehancuran negara mereka.
Sebetulnya maslah ini bisa saja selesai dan jelas penyelesaiannya. Jika, orang yang merasa bertanggungjawab atas masalah ini mau mengaku dan terus terang tanpa menyembunyikan sedikitpun bukti-bukti yang sangat penting. Tapi mereka takut dan sangat cemas untuk jujur pada publik sehingga mereka memilih untuk berdusta kepada publik dengan memainkan kata-kata untuk menyembunyikan kesalahan mereka. Dalam hal ini mereka bukan hanya berdosa kepada manusia tapi juga menyebabkan mereka kafir kepada Allah karena mereka lebih takut kepada hukumnya manusia daripada hokum Allah. Dan mereka mengingkari bahwa Allah melihat semua perbuatan mereka yang disembunyikan kepada manusia.
Cirri-ciri orang munafik yang jika berkata bohong, diberi amanah ia khianati, dan bila berjanji diingkari. Melekat pada diri seorang koruptor, sehingga apabila Negara ini dipegang oleh orang-orang yang bersifat nifaq maka negara ini perlahan-lahan akan hancur.
V. Kesimpulan
Nifak merupakan sifat yang buruk atau tercela (mazmumah). Apabila sifat ini melekat pada individu maka ia bisa menjadi perusak bagi individu itu sendiri, agamanya, imannya, masyarakat, dan Negara. Nifak termasuk juga ke dalam patologi kepribadian dari sudut pandang kepribadian Islam. Karena nifak merupakan akibat dari kondisi kejiwaan cemas (anxiety) yang berlebihan, baik terhadap dirinya maupun orang lain. Sehingga orang munafik tidak mampu mengungkapkan situasi yang sebenarnya agar dia merasa aman. Dia menjadikan nifak sebagai defense mechanismnya. Padahal nifak merupakan penyakit jiwa yang akan membahayakan dirinya dan juga orang lain.
Nifak bisa di ukur dengan statistik atau tanpa statistik berdasarkan bentuk indikator-indikatornya. Karena ada indikator nifak yang bisa dihitung dan ada yang tidak bisa dihitung. Yang bisa dihitung bisa dilihat dari intensitas kemunculannya, sedangkan yang tidak bisa dihitung merupakan indikator yang berkaitan dengan perbuatan hati (abstrak) dan tidak bisa diangkakan.
VI. Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 1991. Dosa Dalam Islam. Jakarta : PT Rineke Cipta.
Al-Quranul Karim dan Terjemahan
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 1999. Bulughul Maram. Bandung : CV Ponogoro.
Al-Mansor, Ansory. 1998. 48 Macam Perbuatan Dosa. Jakarta : Fajar Interpratama Offset.
Kauma, Fuad. 1997. 35 Karakter Munafik. Yogyakarta : Mitra Pustaka.
Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT Rajagrapindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate