Cari Blog Ini

Senin, 26 September 2016

WAKTU SUBUH DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Seri Psikologi Islam 11)

           Bangun pagi merupakan suatu momok bagi anak, mengapa tidak? karena tidur di pagi hari adalah waktu-waktu yang paling nyaman dan ‘enak’ untuk menebalkan selimut yang mengantarkan ke mimpi indah. Selain momok bagi anak, membangunkan anak di pagi hari juga menjadi ‘fighting moment’ bagi orang tua.
     Kok bisa...? iyaa, orang tua sering kali kehabisan akal mencari cara membangunkan anaknya di pagi hari, ujung-ujungnya emosi, setelah mulutnya capek memanggil anak, selanjutnya mulailah ‘tangan’ beraksi juga membangunkan anaknya. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang dengan nada kesal dan emosi membangunkan anaknya di pagi hari, yang berakhir dengan tangisan anak karena merasa disakiti orang tuanya.
Bangun pagi adalah momen yang terjadi setiap hari, baik anak maupun orang tua tidak bisa mengelak dengan momen ini. Pertanyaannya adalah, apakah setiap bangun bagi selalu berakhir kekesalan dan emosi orang tua yang berujung tangisan kesakitan anak? Tentu orang tua tidak menginginkan hal tersebut, apalagi anaknya. 
    Lalu bagaimana solusinya? Apa yang harus dilakukan agar anak dengan mudahnya bangun pagi tanpa disertai rasa kesal dan emosi orang tua?
Pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana seorang manusia yang agung, yakni Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mendidik anak-anaknya dan keluarganya. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa beliau adalah sebaik-baik suami dan sebaik-baik bapak di dalam keluarganya. 
     Bukankah beliau adalah gambaran sempurna tentang kesempurnaan kasih sayangnya kepada keluarganya. Bukankah beliau juga gambaran sempurna yang patut diteladani dalam pendidikan terhadap anak dan keluarga.
Islam adalah agama yang sempurna, persoalan pendidikan anak dan keluarga sudah digambarkan dalam kehidupan manusia agung utusan Allah, yakni Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Di dalam Islam, ada dua waktu yang sangat diperhatikan dalam pendidikan anak, yaitu waktu subuh dan waktu maghrib. Kali ini kita akan membahas lebih jauh tentang waktu subuh.
Lalu, apa hubungannya waktu subuh dengan bangun pagi anak? Ini adalah pertanyaan penting yang jawabannya harus dimengerti oleh setiap orang tua. Di dalam suatu riwayat yang disepakati kesahihannya oleh ulama hadis, yaitu tentang sikap tegas Rasulallah terhadap para suami (baca: laki-laki) yang tidak shalat subuh ke masjid (redaksinya lihat sahih Bukhari).            Rasulullah bersumpah dengan nama Allah ingin membakar rumah-rumah yang ada laki-laki di dalamnya padahal waktu itu adalah saatnya untuk salat subuh berjamaah. Kemudian hadis ini dijadikan dalil oleh sebagain ulama fikih tentang kewajiban salat berjamaah di masjid. Namun, kita tidak ingin membahas kewajiban salat berjamaahnya, akan tetapi yang kita ingin bahas adalah hikmah dibalik kerasnya sikap Rasulullah tersebut dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya.
Hikmah pendidikan yang bisa kita ambil adalah tentang pentingnya di waktu subuh untuk beribadah kepada Allah, peran penting orang tua untuk memberikan teladan kepada anak-anaknya, pembiasaan diri bangun subuh dalam pendidikan keluarga, dan waktu subuh adalah waktu yang penuh berkah sehingga Nabi berdo’a di waktu subuh “Ya Allah berkahilah umatku diwaktu paginya (diriwayatkan dari sahabat Shokr Al-Ghomidy, hadis ini disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhoif Sunan Abi Dawud). Bahkan setiap kali memberangkatkan pasukan perang Rasulullah melakukannya di pagi hari.
Pertama, waktu subuh adalah waktu untuk beribadah kepada Allah. Dalam sunah (kebiasaan) Nabi, beliau selalu bangun subuh, bahkan sebelumnya di sepertiga maalam terakhir beliau mendahului waktu subuh dengan qiyamul lail (tahajud). Urgensi ini harus dimiliki dan disadari oleh setiap keluarga muslim. Di dalam keluarga pola hidup ini harus dibina sejak dini, yaitu sejak kedua pasangan suami dan isteri mulai membina rumah tangganya. Sehingga kelak ketika anak-anak mereka sudah lahir dan beranjak menjadi anak-anak yang butuh pendidikan pola hidup ini terus berjalan tanpa hambatan sama sekali.
Kedua, peran penting orang tua memberikan teladan kepada anak-anaknya. Apabila pola hidup di atas sudah berjalan dengan baik dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan keluarga tentu tidak sulit membina dan mempertahankannya. Namun, yang menjadi masalaha adalah apabila pola hidup tersebut belum terbina. Tentu orang tua akan menghadapi pelbagai hambatan ketika menerapkannya kepada anak-anaknya. Apabila hal ini terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah komunikasi dan musyawarah dalam keluarga antara sesama anggota keluarga. Orang tua mengajarkan pola hidup tersebut kepada anaknya, tentunya dengan keteladanan. Yang perlu diperhatikan adalah tahapan-tahapan dalam penerapan pola hidup ini. Orang tua harus bersabar, tentu tidak mungkin pola hidup ini bisa langsung berjalan sesuai harapan, di sini kesabaran dan komitmen dituntut. Prioritasnya dalah orang tua harus memberikan teladan kepada anak-anaknya.
Ketiga, pembiasaan bangun subuh dalam keluarga. Maksudnya adalah pola hidup ini harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Memang diawal-awal penerapannya semua anggota keluarga akan merasa keberatan. Tapi seiring waktu akan menjadi ringan. Lalu, bagaimana bila orang tua menghadapi anak yang sulit sekali bangun subuh. Apa yang harus dilakukan ketika menemuai anak seperti ini. Maka diperlukan trik-trik sederhana tapi mengena, agar anak mudah diajak bangun subuh. Misalnya ketika membangunkan anak pada waktu subuh orang tua bisa menstimulasi anak dengan minuman kesukaannya, contohnya anak yang suka susu hangat, ketika orang tua hendak membangunkan anaknya coba bawakan segelas susu hangat ke kamarnya, kemudian bangunkan dengan pangilan kasih sayang dan sentuhan lembut di pipi dan kepalanya sambil dielus-elus. Katakan pada anak “Ibu membawakan segelas susu kesukaanmu...”.
Keempat, menyadari bahwa waktu subuh adalah waktu yang penuh berkah. Sebagaimana dikatakan dalam hadis sebelumnya bahwa waktu subuh memiliki keutamaan-keutamaan bagi kehidupan manusia. Waktu subuh yang dilalui dengan baik akan menghantarkan kehidupan kita sehari itu menjadi berkah. Misalnya Rasulullah selalu menyegerakan pemberangkatan angkatan perang diwaktu subuh, dan Rasulullah pun melarang tidur sehabis subuh. Bahkan dalam sebuah hadis dikatakan apabila seseorang berdiam diri di masjid dengan berzikir sampai waktu syuruq (matahari terbit) dan dia salah isyraq, maka pahalanya sebanding dengan pahala haji dan umrah. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate