Cari Blog Ini

Sabtu, 29 Maret 2014

Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Islam Antara Peluang dan Tantangan

13960902591240021002

Diawal kuliah umum yang diadakan pihak Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hari Sabtu tanggal 29 Maret 2014, Prof. DR. Dede Rosyada, M.A mengatakan bahwa Program PPs Perguruan Tinggi Islam memiliki peluang yang sangat besar dalam partisipasi perubahan bangsa ke arah yang lebih maju. Hal ini disebabkan hanya mahasiswa pascasarjana yang mampu membuat perubahan itu, karena ada tuntutan untu memunculkan teori baru kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan guna kepentingan kemajuan pendidikan bangsa. Sedangkan para lulusan sarjana (SI) hanya di tuntuk untuk memahami teori, kemudian mengaplikasikannya, tidak ada tuntutan untuk menghasilkan temuan baru.

Selain itu, dalam kuliah umum yang dipromotori oleh Program Pascasarjana Magister studi Islam dan Program Doktor (S3) UMY ini yang dihadiri oleh sekitar 70 an mahasiswa Program Magister (S2) dan mahasiswa program Doktor (S3) yang bertemakan "Arah kebijakan dan peluang pascasarjana perguruan tinggi islam dalam pengembangan SDM dan keilmuan Islam" ini, Prof. Dede Rosyada juga menyampaikan bahwa tantangan Indonesia ke depan sangat berat, karena selama ini Indonesia hanya mampu menjadi penyedia SDA (Sumber Daya Alam), tapi belum mampu untuk menghasilkan produk yang berkualitas dari SDA yang kita punya.

Direktur DIKTIS Kementrian Agama RI ini juga mengatakan bahwa hasil riset pemerintah memperkirakan SDA yang dimiliki Indonesia akan habis 10-15 tahun ke depan. sebab bangsa Indonesia selama ini hanya mengeruk semua kekayaan alam Indonesia, tapi tidak mampu untuk melestarikannya. Apa yang diungkapkan tersebut tentu bukan hal yang bisa ditanggapi biasa-biasa saja. Fakta di lapangan membuktikan, kita bangsa Indonesia punya hutan, tapi setiap hari hutan kita ditebangi tanpa ditanam kembali, lalu kita juga punya banyak tambang potensial, tapi semua kekayaan tambang kita hanya dinikmati oleh segelintir orang yang punya kekuasaan dan uang serta investor asing yang bencokol seperti penjajah di tanah air Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu.

Maka menurut Prof. Dede Rosyada, Indonesia mulai sekarang perlu mengembangkan sistem yang bisa membentuk a) ekonomi berbasis knowledge dan b) masyarakat berbasis knowledge. Untuk menghadapi tatangan global dan persaingan hidup diantara bangsa-bangsa di dunia perlu memunculkan manusia-manusia kreatif yang menjadi solusi dalam menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing secara international. Bukan hanya lokal, sebab kemampuan bersaing dengan negara lain dikancah internasional akan menaikkan moral Bangsa dan menjadi sumber kekuatan ekonomi yang berpeluang menambah pendapatan negara. Hal ini bukan tidak mungkin, sebab Indonesia bukan bangsa yang bodoh, Indonesia memiliki banyak orang pintar, tapi pintar saja tentu tidak cukup, maka perlu didorong untuk berfikir kreatif dan memunculkan gagasan baru yang bernilai jual Internasional. Maka disinilah peran perguruan tinggi Islam dibutuhkan, yaitu menghasilkan manusia yang punya kekuatan penguasaan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan punya kekuatan Imtak (Iman dan Takwa).

Pada kesempatan ini, Prof. Dede Rosyada juga menyampaikan bahwa peluang untuk melanjutkan studi S2 dan S3 sekarang terbuka lebar baik pada Kemendikbud maupan pada DIKTIS, banyak beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah melalui dua lembaga ini. Tapi untuk mendapatkan beasiswa tersebut tentu ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Bagi guru maupun dosen juga memiliki peluang besar untuk mendapatkan beasiswa ini. Bahkan khusus dosen perguruan tinggi Islam yang masih S1 di bawah Diktis sudah memberikan beasiswa sejak beberapa tahun yang lalu, begitu juga dengan guru-guru di bawah naungan Kemenag mendapatkan kesempatan yang sama.

Dengan program-program pemerintah diatas diharapkan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang punya karakter, berkeyakinan pada Allah swt, dan mampu membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab untuk survive (bertahan) di dalam persaingan global ini, bangsa Indonesia harus punya ilmu pengetahuan agar kita tidak menjadi budak di negara kita sendiri.

Di akhir kuliah umum ini Prof. Dede Rosyada mengharapkan kepada perguruan-perguruan tingg Islam, khususnya program pascasarjana untuk mendorong para mahasiswa untuk melakukan riset yang berbasis lapangan (field research) atau penelitian lapangan yang bersentuhan langsung dengan fakta-fakta empiris, sehingga mahasiswa diharapkan mampu membaca permasalahan dilapangan dan menghasilkan teori yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Kalau perlu karya tersebut dipatenkan, jika benar-benar otentik, kemudian dijual, tentu sebelumnya di translet ke dalam bahasa PBB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate