Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi
Tidak jarang kita
lihat saat ini konflik terjadi di sana-sini, konflik antar agama, etnis,
kelompok organisasi, pendukung partai politik, organisasi massa, dan
sebagainya. Ketika ditelusuri lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berwenang
kebanyakan ditimbulkan oleh permasalahan sepele, seperti kesalahan persepsi,
informasi yang salah, dan salah tafsir pada atribut pihak lain. Dengan mudah
perkara-perkara sepele tersebut menimbulkan kerusakan di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat. Tauran antar pelajar yang sampai merusak sekolah dan
fasilitas umum, baku hantam antara pendemo dan aparat keamanan yang merusak
fasilitas gedung-gedung milik pemerintahan, dan banyak lagi yang bisa kita
temukan di TV setiap harinya.
Di dalam al-Qur’an
Allah berkalam yang isinya memperingatkan manusia untuk berhati-hati dalam
menyikapi informasi yang kebanyakan menyebabkan terjadinya prasanga dan
kemudian menjurus pada ghibah dan permusuhan.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. Al-Hujarat : 6).
Terkadang kita
dengan mudah mengklaim suatu kebenaran, padahal kita hanya mendengar dari satu
sumber saja yang tidak jelas asal-usul beritanya. Kemudian dengan mudah kita
menyebarkan berita tersebut kepada orang lain dengan periwayatan
“katanya...katanya...dan katanya...” tanpa memastikan kebenaran berita tersebut
dengan bertabayyun (mencari kejelasan kepada sumber asli). Rasulallah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّهُ
كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ
وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقُوقِ الْأُمَّهَاتِ وَوَأْدِ الْبَنَاتِ وَمَنْعٍ وَهَاتِ
"Beliau melarang
mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan
menghambur-hamburkan harta. Beliau juga melarang mendurhakai ibu, mengubur
hidup-hidup anak perempuan serta menghalangi orang lain memperoleh
kemanfaatan." (HR.
Bukhari, No Hadits 6748, versi chm hadits).
Hadits
di atas menegaskan bahwa pentingnya kehati-hatian dalam menyikapi sebuah berita
atau informasi dan melarang kita menjadi penyebar berita yang belum jelas
kebenarannya. Karena kalau berita itu palsu, maka tentu akan sangat merugikan
orang lain. Berita palsu bisa saja merusak kehidupan orang lain, mencederai
harga dirinya, merusak hubungan sosialnya, merusak keharmonisan keluarganya,
menghancurkan sebuah organisasi, dan sebagainya.
Berita yang dangkal
atau tidak jelas asal-usulnya atau kebenaran berita tersebut akan menimbulkan
prasangka. Istilah prasangka berasal dari kata “praejudicium”, yaitu
perasaan-perasaan dan pernyataan-pernyataan berupa kesimpulan dari informasi
yang dangkal terhadap seseorang atau kelompok tertentu. Prasangka biasanya
berupa evaluasi-evaluasi negatif tentang seseorang atau kelompok. Mengenai
prasangka Allah telah mengingatkan di dalam Al-Qur’an.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) (
wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4
=Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4
(#qà)¨?$#ur ©!$# 4
¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
“Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujarat : 11).
Dari surat
Al-Hujarat jelas bahwa prasangka adalah sebuah keburukan yang harus dihindari.
Prasangka juga termasuk permulaan dari “ghibah” atau gunjing. Ancaman
dari gunjing sangatlah berat, Allah mengumpamakan bergunjing dengan memakan
bangkai saudara sendiri. Di dalam sebuah hadits kemudian Rasulallah juga
mengingtakan tentang prasangka.
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ
إِخْوَانًا
“Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad telah mengabarkan kepada
kami Abdullah telah
mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang
paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi,
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari, No
Hadits 5604, versi chm hadits).
Keterangan-keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits di atas jika kita simpulkan
akan membentuk hubungan sebagai berikut :
Pertama, prasangka atau “dhon” disebabkan oleh beberapa hal, seperti ;
kurangnya informasi, terlalu mudah menyimpulkan, suka mencari-cari isu atau
menguping pembicaraan orang lain, tidak berhati-hati dalam menerima suatu
berita, dan kesalahan dalam menafsirkan informasi.
Selain itu, media merupakan salah satu sumber dari tempat proses
belajar. Media sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Apalagi dengan banyaknya tayangan-tayangan
infotemen yang memuat unsur-unsur gosip. Secara tidak sadar seseorang akan
belajar dari apa yang dilihatnya setiap hari. Dimana, informasi-informasi
tersebut akan tersimpan di dalam ketidaksadaran seseorang yang sewaktu-waktu
bisa muncul kepermukan (kesadaran) jika mendapatkan stimulus yang kuat dari
luar dirinya.
Yang lebih buruk lagi kalau infotemen sudah menjadi “hobi” atau kesukaan.
Pada tahap ini akan terjadi proses pembiasaan perilaku yang menjadikan
infotemen sebagai sumber belajar dan mendatangkan kenyamanan. Jika demikian, maka
“menggosip” akan menjadi satu perilaku yang menetap pada diri seseorang. Seseorang
baik secara disadari maupun tidak disadari dengan mudah akan “menggosip”
kapanpun dan dimanapun dia berada. Bahkan dia akan menjadi “biang-gosip” dan
menjadikan “gosip” sebagai aktivitas wajib dalam kesehariannya atau bahasa
lainnya “candu” atau ketergantungan pada “gosip”. Hidupnya akan merasa tidak
lengkap kalau tidak menggosip, kepalanya akan terasa pusing dan gelisah.
Kedua, prasangka akan menimbulkan perilaku-perilaku negatif, seperti ; “ghibah”
atau gunjing atau membicarakan aib orang lain, sikap merendahkan orang lain,
mengolok-olok orang lain, permusuhan, dengki, dan saling mendiamkan satu sama
lainnya.
Untuk menghindari prasangka maka ada beberapa langkah-langkah preventif
yang bisa dilakukan :
1. Jika mendapatkan
sebuah informasi yang belum jelas kebenarannya, maka jangan mudah menyimpulkan.
Segera telusuri kebenaran informasi tersebut dari sumber aslinya atau dari
sumber-sumber lain yang dianggap bisa dipercayai.
2. Komunikasi adalah
kata kunci dalam menghadapi suatu permasalahan. Segeralah mengkomunikasikan
informasi yang di dapatkan ke orang-orang yang berhubungan dengan informasi
tersebut. Jangan takut atau malu untuk mengkonfirmasi informasi yang
didapatkan.
3. Kalau takut atau
malu untuk mengkonfirmasikan berita itu, maka jagalah berita tersebut agar
tidak ada orang lain yang tahu kalau berita itu bersifat destruktif bagi
seseorang, atau bisa membicarakannya dengan orang lain yang bisa dipercayai
dengan tujuan agar dia menyampaikan informasi tersebut ke orang yang dikenai
berita itu. Sehingga tetap menjaga kehormatan orang tersebut.
4. Hindarilah perilaku
mencuri-curi informasi atau “menguping” pembicaraan orang lain. Apalagi kalau
pembicaraan itu bersifat rahasia atau aib.
5. Hindarilah situasi-situasi
yang bisa menjerumuskan ke prasangka, seperti bergunjing “ghibah”, rasa
ingin tahu yang berlebihan atau terlallu ikut campur dalam urusan orang lain.
6. Hindarilah tontonan-tontonan
yang mengandung unsur gosip seperti infotemen, karena secara tidak sadar akan
mempengaruhi perilaku penonton. Menonton acara gosip berlebihan akan membuat self
control (kontrol diri dalam menyikapi informasi) melemah dan menjadi
terbiasa dengan gosip. Akhirnya menjadi bagian dari perilaku gosip, lalu
menjadi kebiasaan, lama-lama menjadi kecanduan.
7. Perbanyaklah berdzikir
(ingat kepada Allah) dan peringatan-peringatan Allah tentang bahaya prasangka
buruk dan ghibah.
8. Segera menyadari
bahwa tidak ada manusia yang sempurna, setiap orang pasti pernah melakukan
kesalahan. Apabila kesadaran ini sudah ada, maka kita dengan mudah akan menjaga
keburukan-keburukan orang lain dan menjaga diri dari prasangka buruk pada orang
lain.
9. Perbanyaklah berkumpul
dengan majelis-majelis ilmu yang banyak mengingatkan kita kepada Allah. sehingga
bisa membentengi diri dari akhlak-akhlak tercela.
10. Segeralah beristighfar
kepada Allah, yaitu dengan taubat nasuha. Berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan buruk (prasangka dan ghibah) itu lagi. Wallahu a’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar