Cari Blog Ini

Jumat, 29 November 2013

Analisis Psikologis Bahaya Prasangka atau “Adh-Dhon”

Oleh : Syahri Ramadhan, S.Psi

Tidak jarang kita lihat saat ini konflik terjadi di sana-sini, konflik antar agama, etnis, kelompok organisasi, pendukung partai politik, organisasi massa, dan sebagainya. Ketika ditelusuri lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berwenang kebanyakan ditimbulkan oleh permasalahan sepele, seperti kesalahan persepsi, informasi yang salah, dan salah tafsir pada atribut pihak lain. Dengan mudah perkara-perkara sepele tersebut menimbulkan kerusakan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Tauran antar pelajar yang sampai merusak sekolah dan fasilitas umum, baku hantam antara pendemo dan aparat keamanan yang merusak fasilitas gedung-gedung milik pemerintahan, dan banyak lagi yang bisa kita temukan di TV setiap harinya.

Di dalam al-Qur’an Allah berkalam yang isinya memperingatkan manusia untuk berhati-hati dalam menyikapi informasi yang kebanyakan menyebabkan terjadinya prasanga dan kemudian menjurus pada ghibah dan permusuhan.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. Al-Hujarat : 6).

Terkadang kita dengan mudah mengklaim suatu kebenaran, padahal kita hanya mendengar dari satu sumber saja yang tidak jelas asal-usul beritanya. Kemudian dengan mudah kita menyebarkan berita tersebut kepada orang lain dengan periwayatan “katanya...katanya...dan katanya...” tanpa memastikan kebenaran berita tersebut dengan bertabayyun (mencari kejelasan kepada sumber asli). Rasulallah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّهُ كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقُوقِ الْأُمَّهَاتِ وَوَأْدِ الْبَنَاتِ وَمَنْعٍ وَهَاتِ
"Beliau melarang mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta. Beliau juga melarang mendurhakai ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan serta menghalangi orang lain memperoleh kemanfaatan." (HR. Bukhari, No Hadits 6748, versi chm hadits).

Hadits di atas menegaskan bahwa pentingnya kehati-hatian dalam menyikapi sebuah berita atau informasi dan melarang kita menjadi penyebar berita yang belum jelas kebenarannya. Karena kalau berita itu palsu, maka tentu akan sangat merugikan orang lain. Berita palsu bisa saja merusak kehidupan orang lain, mencederai harga dirinya, merusak hubungan sosialnya, merusak keharmonisan keluarganya, menghancurkan sebuah organisasi, dan sebagainya.

Berita yang dangkal atau tidak jelas asal-usulnya atau kebenaran berita tersebut akan menimbulkan prasangka. Istilah prasangka berasal dari kata “praejudicium”, yaitu perasaan-perasaan dan pernyataan-pernyataan berupa kesimpulan dari informasi yang dangkal terhadap seseorang atau kelompok tertentu. Prasangka biasanya berupa evaluasi-evaluasi negatif tentang seseorang atau kelompok. Mengenai prasangka Allah telah mengingatkan di dalam Al-Qur’an.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujarat : 11).

Dari surat Al-Hujarat jelas bahwa prasangka adalah sebuah keburukan yang harus dihindari. Prasangka juga termasuk permulaan dari “ghibah” atau gunjing. Ancaman dari gunjing sangatlah berat, Allah mengumpamakan bergunjing dengan memakan bangkai saudara sendiri. Di dalam sebuah hadits kemudian Rasulallah juga mengingtakan tentang prasangka.

حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah 
mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari, No Hadits 5604, versi chm hadits).

Keterangan-keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits di atas jika kita simpulkan akan membentuk hubungan sebagai berikut :

Pertama, prasangka atau “dhon” disebabkan oleh beberapa hal, seperti ; kurangnya informasi, terlalu mudah menyimpulkan, suka mencari-cari isu atau menguping pembicaraan orang lain, tidak berhati-hati dalam menerima suatu berita, dan kesalahan dalam menafsirkan informasi.

Selain itu, media merupakan salah satu sumber dari tempat proses belajar. Media sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Apalagi dengan banyaknya tayangan-tayangan infotemen yang memuat unsur-unsur gosip. Secara tidak sadar seseorang akan belajar dari apa yang dilihatnya setiap hari. Dimana, informasi-informasi tersebut akan tersimpan di dalam ketidaksadaran seseorang yang sewaktu-waktu bisa muncul kepermukan (kesadaran) jika mendapatkan stimulus yang kuat dari luar dirinya.

Yang lebih buruk lagi kalau infotemen sudah menjadi “hobi” atau kesukaan. Pada tahap ini akan terjadi proses pembiasaan perilaku yang menjadikan infotemen sebagai sumber belajar dan mendatangkan kenyamanan. Jika demikian, maka “menggosip” akan menjadi satu perilaku yang menetap pada diri seseorang. Seseorang baik secara disadari maupun tidak disadari dengan mudah akan “menggosip” kapanpun dan dimanapun dia berada. Bahkan dia akan menjadi “biang-gosip” dan menjadikan “gosip” sebagai aktivitas wajib dalam kesehariannya atau bahasa lainnya “candu” atau ketergantungan pada “gosip”. Hidupnya akan merasa tidak lengkap kalau tidak menggosip, kepalanya akan terasa pusing dan gelisah.

Kedua, prasangka akan menimbulkan perilaku-perilaku negatif, seperti ; “ghibah” atau gunjing atau membicarakan aib orang lain, sikap merendahkan orang lain, mengolok-olok orang lain, permusuhan, dengki, dan saling mendiamkan satu sama lainnya.
Untuk menghindari prasangka maka ada beberapa langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan :
1.      Jika mendapatkan sebuah informasi yang belum jelas kebenarannya, maka jangan mudah menyimpulkan. Segera telusuri kebenaran informasi tersebut dari sumber aslinya atau dari sumber-sumber lain yang dianggap bisa dipercayai.
2.      Komunikasi adalah kata kunci dalam menghadapi suatu permasalahan. Segeralah mengkomunikasikan informasi yang di dapatkan ke orang-orang yang berhubungan dengan informasi tersebut. Jangan takut atau malu untuk mengkonfirmasi informasi yang didapatkan.
3.      Kalau takut atau malu untuk mengkonfirmasikan berita itu, maka jagalah berita tersebut agar tidak ada orang lain yang tahu kalau berita itu bersifat destruktif bagi seseorang, atau bisa membicarakannya dengan orang lain yang bisa dipercayai dengan tujuan agar dia menyampaikan informasi tersebut ke orang yang dikenai berita itu. Sehingga tetap menjaga kehormatan orang tersebut.
4.      Hindarilah perilaku mencuri-curi informasi atau “menguping” pembicaraan orang lain. Apalagi kalau pembicaraan itu bersifat rahasia atau aib.
5.      Hindarilah situasi-situasi yang bisa menjerumuskan ke prasangka, seperti bergunjing “ghibah”, rasa ingin tahu yang berlebihan atau terlallu ikut campur dalam urusan orang lain.
6.      Hindarilah tontonan-tontonan yang mengandung unsur gosip seperti infotemen, karena secara tidak sadar akan mempengaruhi perilaku penonton. Menonton acara gosip berlebihan akan membuat self control (kontrol diri dalam menyikapi informasi) melemah dan menjadi terbiasa dengan gosip. Akhirnya menjadi bagian dari perilaku gosip, lalu menjadi kebiasaan, lama-lama menjadi kecanduan.
7.      Perbanyaklah berdzikir (ingat kepada Allah) dan peringatan-peringatan Allah tentang bahaya prasangka buruk dan ghibah.
8.      Segera menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Apabila kesadaran ini sudah ada, maka kita dengan mudah akan menjaga keburukan-keburukan orang lain dan menjaga diri dari prasangka buruk pada orang lain.
9.      Perbanyaklah berkumpul dengan majelis-majelis ilmu yang banyak mengingatkan kita kepada Allah. sehingga bisa membentengi diri dari akhlak-akhlak tercela.
10.  Segeralah beristighfar kepada Allah, yaitu dengan taubat nasuha. Berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruk (prasangka dan ghibah) itu lagi. Wallahu a’alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate