Cari Blog Ini

Jumat, 11 Mei 2012

Mendidik Anak Sambil Bermain dan Jalan-Jalan

Oleh: Syahri Ramadhan, S.Psi

Fitrahnya anak-anak adalah suka bermain, jalan-jalan, belajar hal-hal yang baru, ingin mencoba melakukan sesuatu hal yang menarik baginya. Betapa tidak, mungkin kita masih ingat ketika masih kanak-kanak saat ayah mengajak kita jalan-jalan ke taman, ke rumah paman, saudara, dan sebaginya. Kita sangat senang sekali, bahkan kalau itu merupakan janji yang di ucapkan ayah kita beberapa minggu yang lalu, kita akan selalu mengingatnya dan selalu mengingatkan sang ayah akan janjinya. Jika waktunya sudah tiba, maka kita akan bersiap-siap jauh waktu sebelum berangkat dan selalu mengawasi sang ayah, karena takut ketinggalan. Inilah fitrah kekanak-kanakan. Itu wajar, dan bahkan merupakan keharusan.


Para ahli psikologi pendidikan modern memanfaatkan karakter kekanak-kanakan ini sebagai sarana pembelajaran dalam pendidikan di sekolah. Sehingga hal ini memunculkan perkembangan metode pembelajaran yang beragam, misalnya kita pernah dengar Quantum Teaching, metode permainan, role playing, dan banyak lagi metode pembelajaran yang memanfaatkan karakter ke kanak-kanakan ini.

Jauh sebelum metode-metode di atas berkembang, Nabi Muhammad Saw telah memberikan tauladan dan contoh pendidikan yang baik bagi orang tua dan pendidik. Rasulallah adalah pendidik terbaik yang ada sepanjang zaman, sehingga tauladan yang diberikannya efektif jika diterapkan sampai kapanpun. Tidak diragukan lagi hingga saat ini para ahli pendidikan banyak yang mempelajari syarah-syarah perjalanan hidup Rasulallah Saw.

Sebuah riwayat yang sahih menceritakan bagaimana Rasulallah Saw mendidik seoarang anak, yaitu Ibnu Abbas seorang ulama besar dikalangan sahabat. Ibnu Abbas merupakan ulama didikan Rasulallah Saw sejak kecil, karena Ibnu Abbas adalah putra paman Nabi Saw. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, dia menceritakan bagaimana dia menimba ilmu langsung kepada Rasulallah Saw di udara terbuka saat berjalan-jalan dengan menggunakan onta dengan pikiran dan di alam terbuka, perasaan tenang, senang, dan tentram karena bersama seorang kekasih Allah Swt. Dikala itu Ibnu Abbas langsung berdialog langsung dengan Rasulallah Saw. Beginilah nasehat Rasul dalam dialognya kepada Ibnu Abbas:

"Hai anak muda, sesungguhnya aku akan memberimu beberapa pelajaran, yaitu: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu; peliharalah Allah niscaya kamu akan menjumpaiNya di hadapanmu; jika kamu meminta, mintalah pada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, mohon pertolonganlah pada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata seluruh umat bersatu-padu untuk memberi suatu kemanfaatan kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkah Allah untukmu; dan andaikata mereka bersatu-padu untuk menimpakan sesuatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat membahayakanmu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah untukmu. Qalam telah diangkat dan lembaran catatan telah mengering." (HR. Tirmidzi, Kitabu Shifatil Qiyamah 2440, dan Ahmad, Musnad Bani Hasyim 2537).

Subhanallah, pelajaran yang baik, singkat, padat, dan sarat makna ini hanya mampu diberikan oleh seorang pendidik yang benar-benar memahami kondisi psikologis anak. Sehingga pelajaran yang diberikan dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh seorang anak. Memberikan pendidikan seperti ini tentu tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang benar-benar faham dengan karakter anak didiknya.

Ada baiknya orang tua dan pendidik tak bersikap seperti orang yang paling tahu, diktator, menjadi pemerintah yang harus di taati ketika mengajarkan anak hal-hal kebaikan. Ada baiknya kita menghindari  kata-kata "Kamu salah, saya yang benar..." atau "Kamu harus begini dan begitu...", perlu kita ketahui bahwa anak lebih banyak belajar dari apa yang dia lihat dan dilakukan orang disekitarnya (modelling). Dari mana anak belajar  makan dengan tangan kanan, membaca bismillah ketika akan melakukan segala sesuatu, minta maaf ketika berbuat salah, kalau tidak dari orang tuanya. Singkatnya apa yang anak lihat dan dengar dari orang tua atau lingkungannya itulah yang akan ditiru dan menjadi model anak dalam kehidupannya sehari-hari.

Pelajaran dan pendidikan tidak selalu harus dibebankan kepada para guru, ustadz, para ulama, dan orang-orang yang bertugas di dunia pendidikan saja. Pelajaran dan pendidikan bisa diberikan oleh siapa saja dan kapan saja, tergantung siapa yang ditemui dilingungannya. Seperti yang dilakukan Rasulallah Saw ketika memberikan pendidikan Tauhid kepada Ibnu Abbas, Rasulallah menanamkan nilai-nilai tauhid kepada Ibnu Abbas ketika sedang berjalan-jalan. Ibnu Abbas dinasehati dan diberi pelajaran yang luar biasa, yang tidak akan didapatkan kecuali dari seorang kekasih Allah. Sungguh beruntung Ibnu Abbas langsung dididik dan diajarkan tentang Allah oleh kekasih Allah. Allahu A'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate